Lombok Timur (Inside Lombok) – Pada suatu sore di salah satu desa di Lombok Timur, terdapat beberapa pemuda duduk menjajakan buku-buku. Mereka tidak menjual buku-buku itu. Mereka meminjamkan buku itu untuk dibaca secara gratis.
Husnia Husna adalah pencetus pertama dari kegiatan ini. Ia dan beberapa rekannya tergabung dalam Kelompok Literasi Pringgasela. Ini bermula dari rasa bosannya di rumah akibat libur yang begitu panjang. Akhirnya ia berinisiatif mengumpulkan teman-temannya untuk membuat lapak baca buku gratis.
“Kami juga ingin meningkatkan minat baca di Desa Pringgasela, oleh karena itu kami membuat lapak baca buku gratis,” kata Husna sembari merapikan beberapa buku.
Ia dan kelompoknya mengumpulkan buku bacaannya sendiri secara mandiri. Meski belum ada donatur, buku-buku yang dijajakan cukup beragam.
“Kami mengumpulkan buku dari teman-teman yang tergabung dalam Kelompok Literasi lPringgasela,” katanya.
Ini sekaligus sebagai langkah sosialisasi akan pentingnya membaca buku. Kelompok ini berharap agar minat baca warga di desanya semakin meningkat. Sehingga pengetahuan warga bisa semakin luas. Apalagi mengingat saat ini kita hidup di era revolusi industri 4.0.
“Banyak adik-adik maupun orang dewasa yang sudah mulai ikut membaca di lapak kami,” ucapnya.
Mereka membuka lapak membaca buku gratis ini dari pukul 16.00 wita hingga pukul 22.00 wita. Mereka membuka lapak buku di pinggir jalan.
“Kami akan terus menggalakkan baca buku gratis ini, rencana kami akan membuka lapak ini di luar desa namun buku yang kami miliki masih minim untuk dijajakan,” ujarnya.
Pringgasela Literasi ini merupakan kelompok yang sering berkegiatan di bidang sosial. Dalam kegiatan sosial yang mereka jalani, ia menyadari masih banyak yang akan dilakukan untuk merubah pola pikir masyarakat setempat.
“Kami akan mencari donatur jika masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya membaca. Apa gunanya buku banyak jika masyarakat yang akan membacanya tidak ada. Adapun nanti kami akan mencari donatur untuk pengadaan buku. Walaupun itu hanya buku bekas asalkan masih bisa untuk jadi refrensi ilmu,” pungkasnya.