Mataram (Inside Lombok) – Ketersediaan minyak goreng curah di sejumlah pasar tradisional di Mataram mengalami kelangkaan. Mau tidak mau pedagang menyiasati dengan mengemas ulang minyak kemasan menjadi kemasan yang lebih kecil agar seperti minyak curah. Pasalnya minyak curah banyak dicari oleh masyarakat kecil.
Salah seorang pedagang minyak goreng curah di Pasar Kebon Roek, Afna mengaku minyak goreng curah mengalami kelangkaan sejak pertengahan bulan Ramadan kemarin. Bahkan jika pun ada, tidak semua pedagang mendapat bagian, lantaran stoknya yang terbatas.
“Bukan tidak ada stoknya. Ada stoknya, tapi dia langka minyak goreng curah ini,” ujar Afna, Senin (9/5).
Dikatakan, jika stok tidak langka biasanya ia bisa mendapatkan 180 kilogram (kg) minyak goreng curah. Namun kini hanya 15 kg, bahkan tidak ada sama sekali. Kelangkaan dirasakan olehnya sejak bulan puasa kemarin. Padahal, kebutuhan untuk minyak goreng curah banyak dicari masyarakat kecil.
“Kalau mahal, terus tidak langka tidak apa-apa, tapi ini sudah mahal, langka lagi. Biasanya kita mengambil satu drum yang isinya 180 kg, sekarang cuma 15 kg, itu pun kalau ada,” terangnya.
Jika agen minyak goreng curah datang, para pedagang harus antre panjang dengan pedagang atau warga lainnya. Karena kondisi tersebut, bisa-bisa ia tidak berdagang.
“Kalau saya tunggu dapatkan minyak curah itu, saya tidak bisa jualan. Antrean panjang, itu juga belum tentu bisa dapat,” ungkapnya. Untuk harga minyak goreng kemasan yang bermerek yang telah dibungkus ulang kembali dalam bentuk kecil di jual dengan harga Rp25 ribu per kg-nya.
Sedangkan untuk minyak kemasan sederhana maupun premium ketersediaannya ada. Hanya saja, tidak semua masyarakat yang berbelanja ke pasar membeli. Karena harganya yang cukup tinggi dibandingkan dengan minyak goreng curah, selain itu keperluan masyarakat biasanya hanya digunakan untuk sekali menggoreng saja. Sehingga para pedagang enggan mengambil kemasan karena sepi pembeli.
“Tidak semua yang belanja ke pasar mau beli minyak goreng kemasan karena harganya mahal. Mereka ini kan pasti belinya hanya setengah kilo atau seperempat kilo saja, apalagi masyarakat kecil,” jelasnya.
Senada, Nurul menuturkan kelangkaan minyak goreng curah sudah terjadi beberapa hari yang lalu. Tepatnya saat pertengahan bulan suci Ramadan, stok minyak goreng curah sudah tidak ada. “Minyak curah sekarang langka dan jarang ada. Kalau pun ada, harganya mahal,” ungkapnya.
Biasanya ia bisa menjual sepuluh kilo liter minyak goreng curah dan terjual dalam satu hari. Namun kini stok minyak goreng curah tidak ada. Sedangkan untuk harga minyak curah tidak jauh beda dengan harga minyak kemasan. Bahkan stok jualan yang dimilikinya sebanyak 15 kg bisa dijual hingga 5 hari.
Selain itu para pedagang mengaku mereka susah mendapatkan minyak goreng curah, bahak jika pun ada harganya cukup mahal. Karena itu mereka terpaksa membeli minyak kemasan untuk dibungkus ulang dengan kemasan kecil seperti minyak curah, kemudian dijual lagi.
“Kita bisa bilang langka. Kemarin sudah bisa kita dapatkan Rp17 ribu kita jual Rp18-19 ribu, tapi sekarang sudah naik lagi. Ini kan minyak kemasan kita bungkus ulang kembali, yang isinya 18 setengah liter itu kalau kita kilokan menjadi 16 kg,” terangnya. (dpi)