31.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaBerita UtamaKeterbatasan Obat, Kasus PMK di Mataram Terus Bertambah

Keterbatasan Obat, Kasus PMK di Mataram Terus Bertambah

Mataram (Inside Lombok) – Penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kota Mataram terus bertambah. Saat ini ternak yang sudah tertular virus tersebut mencapai 81 ekor sapi dan satu ekor kambing. Dalam upaya penanganan, Dinas Pertanian Kota Mataram mengaku terkendala keterbatasan obat untuk menangani ternak yang terserang PMK.

Kepala Bidang Peternakan pada Dinas Pertanian Kota Mataram, drh. Dijan Riyatmoko, Senin (30/5) di Mataram mengatakan, penularan PMK di Kota Mataram diakui sangat cepat. Sehingga untuk mengantisipasi dan memaksimalkan penanganan terhadap sapi yang terserang PMK, dibutuhkan pemberian obat yang maksimal.

“Sudah sangat cepat sekali ini. Makanya berkembang terus menerus. Kita butuh obat ini. Tidak ada obat, stok terbatas itu yang buat kita kewalahan,” katanya.

Diterangkan Dijan, meski penyebarannya yang cukup cepat, Kota Mataram masih berada pada zona kuning PMK. Pasalnya, jumlah sapi yang tertular di Kota Mataram tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan kabupaten lain di NTB seperti di Kabupaten Lombok Timur.

“Kuning menuju merah. Kita memang sudah tertular cuma kita tidak seperti Lombok Timur lah bisa isolasi-isolasi kandang,” katanya.

Dirincikan, data PMK Kota Mataram per 30 Mei 2022 yaitu di Kecamatan Sandubaya sebanyak 58 ekor sapi tertular. Dari jumlah tersebut sebanyak 14 ekor sembuh dan tujuh ekor dijual. Di Kecamatan Cakranegara satu ekor, Kecamatan Sekarbela tiga ekor sapi dan satu ekor kambing.

“Kecamatan lain seperti Mataram ada satu ekor sapi sudah sembuh, Selaparang ada 18 sapi tapi sembilan sembuh dan sembilan lagi dijual. Kalau di Ampenan belum ada. Tujuh ekor di Sandubaya dan 9 ekor di Selaparang yang dijual adalah memang pedagang ternak,” ujarnya.

Saat ini, lanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan obat Dinas Pertanian Kota Mataram mengusulkan anggaran untuk pengadaannya. Karena dengan pemberian obat kepada sapi yang terkena PMK ini tidak memperparah sakit yang diderita.

“Jadi bisa cepat mau makan lagi. Kalau tidak diobati tambah luka mulutnya dan susah makan,” katanya.

Saat ini obat yang digunakan merupakan sumbangkan dari perlindungan dokter hewan hingga bantuan dari pihak swasta. “Kalau obat dari kantor sudah mau habis sudah. Intinya, obat yang kita persiapkan untuk kasus yang ada masih cukup. Tapi kalau penyakitnya nambah terus tidak bisa kita mengatasi,” ungkapnya.

Peternak di Kota Mataram dinilai cukup kooperatif dalam menangani kasus PMK yang semakin menjamur. Seperti, para peternak tidak berani lagi mendatangkan sapi dari luar Kota Mataram. “Cukup kooperatif mereka, sudah tidak berani lagi main antar kendang,” pungkasnya. (azm)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer