Mataram (Inside Lombok) – Korban konflik sosial yang terjadi di Desa Mareje Kabupaten Lombok Barat masih menyisakan trauma terutama bagi perempuan dan anak-anak. Komnas Perempuan berupaya membantu memberikan trauma healing ke lokasi kejadian.
Ketua Gugus Kerja Perempuan dan Kebhinekaan pada Komnas Perempuan, Imam Nahei, Rabu (8/6) di Mataram mengatakan, berdasarkan hasil kunjungan yang dilakukan beberapa korban perempuan dan anak-anak masih takut dengan suara teriakan. Trauma healing yang diterima hanya pada saat penampungan di Polres Lombok Barat.
“Padahal rasa ketakutan mereka dalam kehidupan sehari-hari masih terus terjadi. Sehingga masih butuh trauma healing mereka. Terutama anak-anak trauma lebih mendalam dari ibu-ibu ini dan mereka merasa dendam untuk membalas,” katanya.
Upaya trauma healing ini dikerjasamakan dengan Kementerian Sosial dan juga Dinas Kesehatan karena menyangkut psikologi korban. Kegiatan-kegiatan seperti gelar budaya perlu dilakukan di lokasi kejadian. Kehadiran tokoh-tokoh agama dinilai sangat penting untuk memberikan keyakinan kepada masyarakat bahwa kondisi sudah membaik.
“Karena mereka was-was itu. Mereka dikembalikan ke sana sudah aman atau tidak. Sehingga kehadiran tokoh agama ini penting untuk meyakinkan mereka aman,” ujarnya. Komnas Perempuan juga mendorong agar pemulihan yang dilakukan tidak saja pembangunan kembali rumah bagi para korban melainkan juga isi rumah. Seperti alat transportasi yang ikut terbakar.
“Mereka berharap tidak saja rumah tapi juga isinya,” katanya.
Data-data kependudukan yang hilang juga bisa segera diproses oleh pemerintah seperti KTP, kartu keluarga, ijazah dan lainnya. “Ada kemarin disebut yang hilang KTP dan KK nya. Itu bisa segera diproses apalagi sekarangkan mau daftar untuk sekolah,” harapnya. (azm)