27.5 C
Mataram
Senin, 25 November 2024
BerandaBerita UtamaLaju IPM NTB Naik 1,18 Persen, Kesehatan dan Pendidikan Masih Jadi PR

Laju IPM NTB Naik 1,18 Persen, Kesehatan dan Pendidikan Masih Jadi PR

Mataram (Inside Lombok) – Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB mencapai 69,46 pada tahun 2022, meningkat hingga 1,18 persen dibandingkan tahun 2021. Dengan capaian ini, rata-rata pertumbuhan IPM tahun 2010-2022 menjadi sebesar 1,07 persen per tahun. Namun masih ada pekerjaan rumah (PR) harus dibenahi, yakni indikator kesehatan dan pendidikan.

“Itu yang kita coba lihat ini sekarang IPM kita, untuk tahun 2022 ini naiknya luar biasa. Dia naiknya urutan ke dua se-Indonesia. Ada 3 indikator utama, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Cuma kesehatan dan pendidikan ini dia cukup bawah,” ungkap Kepala BPS NTB, Wahyudin, Kamis (1/12).

Dijelaskan, pendidikan dan kesehatan sebagai dua indikator utama capaiannya memang masih rendah, terutama usia harapan hidup masih di angka 67,07 tahun. Padahal seharusnya di angka 68-70 tahun keatas. Selain itu, kesehatan lingkungan terutama bagi anak-anak juga perlu jadi perhatian.

“Kesehatan lingkungan juga harus tetap dijaga dan jangan sampai terjadi pernikahan dini yang lebih besar lagi. Karena itu akan berpengaruh terhadap kesehatan bayi dan juga kesehatan ibu yang melahirkan,” ujarnya.

Indikator usia harapan hidup saat lahir (UHH) merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2022, UHH NTB telah meningkat sebesar 3,25 tahun atau rata-rata tumbuh sebesar 0,41 persen per tahun. Pada tahun 2010, Umur Harapan Hidup saat lahir di NTB adalah 63,82 tahun dan pada tahun 2022 mencapai 67,07 tahun.

“Akibat pandemi COVID-19, UHH NTB 2020 dan 2021 mengalami perlambatan, yaitu masing-masing tumbuh 0,35 persen dan 0,27, melambat dibandingkan pertumbuhan pada 2019 mencapai 0,62 persen. Kemudian IPM Provinsi NTB tumbuh sebesar 0,57 persen pada 2022,” jelasnya.

Sedangkan, untuk harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk usia 7 tahun ke atas dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk usia 25 tahun ke atas. Capaian kedua indikator ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada masa pandemi COVID-19, HLS Provinsi NTB masih mengalami peningkatan pertumbuhan yang baik, sedangkan RLS Provinsi NTB justru mengalami perlambatan. Selama periode 2010 hingga 2022, HLS Provinsi NTB rata-rata meningkat 1,52 persen per tahun dan RLS Provinsi NTB rata-rata meningkat 2,40 persen per tahun.

Saat ini yang bisa dilakukan adalah bagi mereka yang belum tamat SD, SMP, SMA maka bisa menggunakan pakai paket A, paket B dan paket C. Namun program ini memang agak susah terutama pada usia 25-64 tahun, bahkan usia produktif saja masih sedikit susah.

“Tetapi programnya yang diutamakan dilihat dari usia-usia yang 25 sampai 40 tahun yang perlu digenjot pendidikannya menggunakan paket-paket tadi. Itu yang harus kita lakukan (mendorong progam tersebut, Red),” tuturnya.

Sementara dimensi ketiga yang mewakili pembangunan manusia adalah standar hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran riil per kapita (atas dasar harga konstan 2012) yang disesuaikan. Pada tahun 2022, pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan masyarakat NTB mencapai Rp10,68 juta per tahun. Capaian ini meningkat sebesar 2,93 persen dibandingkan tahun 2021, seiring dengan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut.

“Pengeluaran per riil kapita yang disesuaikan NTB pada 2021 dan 2022 terus meningkat setelah pada 2020 mengalami penurunan akibat pandemi COVID-19,” pungkasnya. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer