Mataram (Inside Lombok) – Perum Bulog NTB menyediakan 10 ton beras basmati untuk menyasar pasar mayoritas muslim di NTB. Apalagi banyak usaha kuliner yang menyediakan masakan arab dengan menyediakan beras basmati.
“Kami sediakan beras basmati sejumlah 10 ton sejak 2 bulan lalu yang kami datangkan dari Pakistan,” kata Pimpinan Wilayah Bulog NTB, Abdul Muis S. Ali, Jumat (24/12).
Berdasarkan pengamatan pasar yang dilakukan pihaknya, masyarakat NTB mayoritas muslim mulai menyukai masakan khas arab. Selain itu, kadar glukosa yang rendah membuat beras basmati diminati masyarakat yang menderita kolesterol atau penyakit tertentu.
Diketahui, indeks glikemik beras basmati berkisar 43 hingga 60, jauh lebih rendah dari beras putih biasa. Kemudian jenis beras ini juga memiliki banyak kandungan serat dan kandungan arsenik yang rendah. Di mana arsenik merupakan komponen yang membahayakan kesehatan serta menyebabkan penyakit diabetes, jantung, hingga kanker.
“Sudah ada uji laboratoriumnya jika beras ini rendah glukosa atau gula, bahkan lebih rendah dari beras merah,” jelasnya. Beras basmati yang disediakan Bulog merupakan beras khusus yang sering diolah menjadi nasi kebuli dan nasi briyani yang merupakan khas masakan arab.
Bulog menjual beras basmati dengan harga Rp32 ribu, harga tersebut sangat kompetitif dibanding harga jual di swalayan. Sedangkan diluar harganya jauh lebih tinggi sekitar Rp42 ribu, masyarakat dan pelaku usaha dapat membeli di Bulog dengan harga terjangkau.
“Kalau harganya di luar Rp42 ribu, kami jual lebih murah agar terjangkau oleh masyarakat. Setelah kami coba jual, setiap hari ada yang mencari beras tersebut, jadi respon pasar cukup bagus,” ujarnya.
Selain itu, beras basmati juga berpotensi dikembangkan di NTB agar kedepannya tidak perlu impor dari Timur Tengah seperti Pakistan. Apalagi dengan pasarnya cukup bagus kedepannya, karena masyarakat terutama muslim banyak mengkonsumsi beras basmati. Di mana ini menjadi kesempatan untuk bisa dikembangkan di NTB.
“Ini kalau dikembangkan sangat berpotensi menyasar pasar kuliner arab di Indonesia. Kita hanya butuh bibitnya, bisa di tanam di NTB,” terangnya. (dpi)