Mataram (Inside Lombok) – Balai Bio Industri Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) siap membantu investor dan nelayan mengembangkan budi daya teripang pasir (holothuria scabra) untuk komersil di wilayah perairan Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
“Rencananya ada investor yang siap mengembangkan budi daya teripang pasir di perairan laut Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, rencana konsepnya bisa dijual lagi untuk meningkatkan ekonomi nelayan setempat. Kami siap membantu,” kata Kepala Balai Bio Industri Laut (BBIL) Hendra Munandar, di Lombok Utara, Senin.
Ia mengatakan pengembangan budi daya teripang pasir untuk komersial juga bisa dilakukan bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, pemerintah desa, badan usaha milik desa dan investor.
Konsep pengembangan budi daya biota laut untuk komersil tersebut adalah pola kemitraan antara perusahaan dengan kelompok nelayan pembudidaya.
LIPI, lanjut Hendra, kapasitasnya hanya memberikan transfer teknologi untuk memproduksi benih teripang pasir kepada sumber daya manusia perusahaan. Benih tersebut nantinya yang diberikan kepada kelompok pembudidaya untuk dibesarkan kembali di perairan laut dengan sistem keramba.
Sementara badan usaha milik desa nantinya akan menyiapkan fasilitas dasar, seperti keramba sebagai tempat pembesaran benih teripang pasir.
Setelah panen, para pembudidaya nantinya akan menjual hasil produksinya kepada perusahaan. Hasil penjualan akan dipotong mengganti biaya benih dan peralatan yang diberikan oleh perusahaan dan badan usaha milik desa.
“Saat ini, perusahaan sedang membangun kantor, tambak dan infrastruktur lainnya. Mereka akan bermitra kelompok pembudidaya binaan LIPI,” ujarnya.
Menurut dia, jika konsep kemitraan yang dikembangkan dalam budi daya teripang di Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur berhasil, maka perusahaan bisa memperluas skala kemitraannya di kabupaten lain di NTB.
Dengan begitu, kata Hendra, tingkat ekonomi nelayan bisa ditingkatkan dari budi daya teripang. Sebab, harga biota laut tersebut bisa mencapai Rp600 ribu per kilogram basah, tergantung kualitasnya.
“Efek ekonomi dari budi daya teripang cukup bagus, asal serius. Jangan hanya lempar benih terus dibiarkan begitu saja. Mengurus teripang di keramba tidak setiap hari. Bisa seminggu sekali dikontrol apa ada predator atau jaring yang bolong,” katanya. (Ant)