Lombok Tengah (Inside Lombok) – Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Lombok Tengah (Loteng) tercatat masih di angka 66,7 persen pada 2021. Hingga akhir 2022 ini, IPM tersebut meningkat menjadi 67,57 persen. Mengantarkan Loteng ke urutan ke-7 dari 10 kabupaten/kota yang ada di NTB.
“Untuk mencapai kenaikan satu digit itu memang sulit sekali,” ujar Kepala Bidang Perencanaan Sosial, Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Loteng, H. Usman Jaya, Selasa (20/12/2022).
Sedangkan untuk angka harapan lama sekolah di Loteng yakni 13 tahun. Sementara rata-rata lama sekolah yakni 6 tahun. Menurutnya, IPM menjadi indikator utama didalam menentukan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Terkait hal ini, Pemda Loteng merasa sangat terbantu oleh program Inovasi untuk Anak Indonesia (INOVASI) yang merupakan program kemitraan pendidikan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Australia.
“Banyak sekali manfaat yang kami rasakan atas bantuan dari INOVASI NTB. Karena kita ketahui bahwa DAK (Dana Alokasi Khusus) hanya menyasar pembangunan fisik saja. Tidak menyasar mutu sumber daya,” lanjutnya.
Adapun INOVASI NTB sudah membantu meningkatkan mutu pendidikan melalui program sekolah inklusi pada fase pertama. Kemudian pada fase kedua ini, INOVASI fokus membantu pendampingan terhadap ujicoba Kurikulum Merdeka dan peningkatan literasi dan numerasi siswa. Karena kenyataannya bahwa berdasarkan survei dalam Kajian AKSI (Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia) tahun 2019, literasi NTB berada di urutan ke 33 dari 34 provinsi di Indonesia.
Akar persoalan ini dinilai dari pendidikan dasar yang belum sepenuhnya menerapkan pentingnya literasi dan numerasi. “Sehingga, peningkatan mutu sumber daya menjadi fokus utama di dalam pembangunan pendidikan di Loteng,” katanya.
Dia juga mengatakan bahwa berdasarkan raport pendidikan tahun 2022, capaian literasi dan numerasi siswa di Loteng masih berada di zona kuning atau di bawah 50 persen dengan nilai 158. Pihaknya menargetkan beralih ke zona hijau pada tahun 2023.
“Tahun depan kami targetkan capaian literasi dan numerasi ini masuk kategori hijau. Tidak lagi kuning,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Tim Monitoring Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) Loteng, Lalu Hamdian Affandi dalam kesempatan itu mengatakan, INOVASI NTB melakukan pendampingan uji coba IKM terhadap 33 SD/MI yang menjadi sasaran program Semua Anak Cerdas (cakap literasi dan numerasi dasar). Program SAC yang menitikberatkan pada pembelajaran berdasarkan level kemampuan siswa ini berlangsung atas kerjasama Pemda Loteng dengan Universitas Mataram dengan dukungan INOVASI NTB.
“Di antara hasil monitoring itu adalah sekolah sudah memiliki rekap data terkait dengan kemampuan literasi siswa kelas I-IV,” ujarnya.
Selain itu, siswa juga merasa senang dan menikmati proses pembelajaran karena tidak monoton karena sesuai dengan level kemampuan masing-masing. Dampaknya adalah sebagian besar siswa mengalami peningkatan dalam literasi dan numerasi.
Di satu sisi, tim monev juga memberikan sejumlah rekomendasi agar peningkatan literasi dan numerasi siswa bisa lebih pesat lagi. Rekomendasi itu ditujukan kepada tim yang terlibat di dalam upaya peningkatan literasi siswa ini yakni Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama, Bappeda, LPTK dan juga INOVASI.
“Rekomendasi itu di antaranya adalah peningkatan kapasitas pengawas agar lebih kompeten agar IKM bisa berjalan lebih lancar. Meningkatkan akses buku atau bacaan yang sesuai kebutuhan siswa dan menggunakan temuan itu sebagai bahan pertimbangan kebijakan penganggaran,” katanya. (fhr)