Lombok Tengah (Inside Lombok) – Kasus kekerasan terhadap anak di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) bagai gunung es. Hal itu dikatakan Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTB, Sahan di Kantor Bupati usai acara pencanangan desa ramah perempuan dan peduli anak kabupaten lombok tengah tahun 2022, Senin (28/3/2022).
Diterangkan, angka kekerasan terhadap anak di Loteng berkisar hingga 50 persen dari jumlah kasus yang ada. Bahkan, dalam tiga bulan terakhir ini pihaknya mendapatkan laporan lima kasus kekerasan anak banyak berasal dari Loteng.
“Persentase kekerasan anak memang di sini secara terselubung datanya, seperti gunung es. fifty-fifty kita bicara datanya, ada sampai 50 persen,” katanya.
Persoalan lain yang juga menghantui terhadap kekerasan anak ini lantaran Loteng saat ini menjadi pusat kegiatan dunia. Hal itu atas keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, terutama adanya sirkuit Mandalika. Sehingga potensi kekerasan terhadap anak diakui bisa meningkat.
“Itu yang kita antisipasi. Sekarang ini Loteng jadi ibukota international,” katanya. Untuk itu, pihaknya bekerjasama dengan UNICEF menggencarkan sosialisasi terkait dengan pentingnya pencegahan kekerasan terhadap anak dengan menciptakan desa ramah anak.
Sampai saat ini ada lima desa di Loteng yang dijadikan percontohan desa ramah anak, yaitu desa Rembitan, Truwai, Lantan, Mas-mas dan Aik Bukak. Desa-desa itu akan membuat Peraturan Desa (Perdes) tentang pencegahan perkawinan anak dan Perdes tentang Perlindungan anak.
“Bentuk perdes tentang sistem perlindungan anak. Ini salah satu cara untuk mengatasi. Karena ini berawal dari desa,” tutupnya. (fhr)