Mataram (Inside Lombok) – Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menyebut Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) menjadi titik pertumbuhan ekonomi baru, terutama dari segi pariwisata. Apalagi dengan pembangunan infrastruktur di luar Pulau Jawa ini memberikan pengaruh besar terhadap titik-titik pertumbuhan ekonomi baru.
“Presiden saja sudah menyebut Mandalika sebagai episentrum baru pertumbuhan ekonomi. Apapun dengan itu kita bertaruh, seperti mensukseskan event-event yang ada,” ujar Sekda NTB, H Lalu Gita Aryadi usai Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022, Rabu (30/11).
Maka dari itu terinspirasi dari kalimat Presiden Jokowi, di mana daerah juga harus berbuat sesuatu agar daerah yang menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi baru ini bisa membangun ekonomi Indonesia dari sektor pariwisata. Namun ada misi-misi mulia yang lain dapat dihadirkan, sehingga menarik banyak orang datang ke NTB, terutama Mandalika. Kemudian penerbangan lancar, pandemi Covid-19 tidak ada lagi, tentunya akan berjalan pertumbuhan ekonomi di NTB.
“Besok saya perintahkan semua OPD adakan event internasional. Seperti meeting nasional dan mereka (OPD) sesungguhnya ingin seperti itu (meeting nasional) begitu juga dari luar daerah, banyak sekali yang ingin seperti itu,” terangnya.
Artinya jika hal tersebut terwujud maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama dari sektor pariwisata semakin tumbuh. Apalagi tahun depan sudah ada beberapa event internasional bakal diselenggarakan. Bahkan menjadi kesempatan NTB sebagai destinasi sport tourism.
“Ya sport tourism, di mana NTB bagian integral di sport tourisme berjuang menjadi tuan rumah PON 2028. Sport tourisme melengkapi kegiatan MICE, karena ini saling mendukung satu dan lainnya. Ada Desa wisata diinisiasi dan sebagainya,” jelasnya.
Namun masih ada catatan dari Presiden Jokowi terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia, yakni waspada 2023 saat pertumbuhan ekonomi bisa saja merosot, apalagi melihat pertumbuhan ekonomi di beberapa negara saat ini. Hal ini tentunya menjadi perhatian bagi daerah NTB dalam menghadapi tantangan pertumbuhan ekonomi tahun depan yang membayangi terjadinya resesi ekonomi.
“Ya kita harus bisa menghadapi itu, salah satunya bela beli produk lokal. Ada Kementerian Lembaga, BUMN membeli tenun pringgasela, tenun kre alang sumbawa, membeli hasil tenun bima-dompu dan sebagainya kan ada pertumbuhan ekonomi,” bebernya.
NTB sendiri sudah ada kebijakan bela beli produk lokal untuk memastikan bahwa perguliran ekonomi itu ada. Tentunya terus di ikhtiarkan, apalagi dari adanya kunjungan-kunjungan wisatawan di sentra-sentra tenun dan lainnya. Bahkan pertumbuhan ekonomi 2022 triwulan tiga sebesar 7,10 persen.
“Kita tetap optimis, kita bisa survive di tengah segala bentuk ketidakpastian,” imbuhnya..
Sementara itu, Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) NTB, Achmad Fauzi mengatakan sepanjang 2022, perekonomian NTB secara konsisten mencatatkan pertumbuhan yang tinggi. Sesuai rilis BPS terakhir, pada triwulan III 2022, ekonomi NTB tercatat tumbuh 7,10 persen (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,99 persen.
“Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan kinerja lapangan usaha utama seperti lapangan usaha pertanian dan Transportasi, serta Pertambangan yang masih tumbuh tinggi,” ujarnya.
Namun tantangan tekanan inflasi yang masih membayangi, perlu diwaspadai dan menjadi perhatian khusus ke depannya. Inflasi NTB pada Oktober 2022 tercatat 6,57 persen (yoy), masih cukup tinggi meski sudah sedikit melandai dari bulan sebelumnya yang mencapai 6,84 persen (yoy).
“Kondisi ini bukan menggambarkan pesimisme tetapi inilah tantangan yang perlu kita atasi untuk pemulihan ekonomi yang semakin kuat,” ungkapnya.
Apalagi 1 bulan lagi akan memasuki tahun 2023, aktivitas perekonomian telah semakin menggeliat. Namun di sisi lain juga masih terdapat potensi kenaikan inflasi yang membutuhkan sinergi kuat satu sama lain dan inovasi untuk menciptakan solusi. Ada juga tantangan perekonomian di Provinsi NTB adalah bagaimana kita bisa mempertahankan percepatan pemulihan ekonomi di tengah risiko inflasi dan kompleksitas tantangan perekonomian global yang tinggi.
“Pada tahun 2023 kami memperkirakan ekonomi NTB akan tumbuh pada kisaran 4,8 sampai 5,6 persen (yoy) dengan tingkat inflasi yang berpotensi kembali ke rentang target nasional,” katanya. (dpi)