Lombok Timur (Inside Lombok) – Dalam mengurangi populasi sampah, pengurus Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS-3R) di Desa Anjani melakukan sebuah terobosan yang sangat berharga, yakni mengolah sampah organik sebagai pakan budidaya lalat Black Soldier Fly (BSF).
Ketua TPS-3R, Nendi Wahyu menuturkan awal mula ia beserta anggota mulai memanfaatkan dan mengelola sampah yang ada di Desa Anjani, Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur. Di mana hal itu berawal dari keresahan melihat banyaknya sampah yang dibuang sembarangan.
“Mulai dari itu kita membuat kelompok yang bergelut pada bidang sampah ini untuk mengurangi populasi sampah,” tuturnya kepada Inside Lombok, Kamis (8/2).
Berawal dari inisiasinya bersama dengan teman-temannya, akhirnya tempat pembuangan sementara (TPS) berhasil ia bangun untuk memulai awal dari pergerakannya. Setelah itu ia memulai sosialisasi kepada masyarakat terkait hal itu dan meminta masyarakat untuk menjadi mitranya.
“Masyarakat desa menjadi mitra kita, di mana kita lakukan penjemputan sampah ke setiap rumah, asrama dan sekolah yang ada di Desa Anjani,” paparnya.
Di lokasi TPS itulah menjadi tempat bagi anggota TPS 3R untuk melakukan pemilahan sampah untuk memisahkan sampah anorganik dan organik. Namun ada yang menjadi dilema pada diri anggota yakni sampah organik dari hasil pemilahan sampah akan dibawa ke mana.
“Kita awalnya risau, tapi setelah melakukan studi banding akhirnya kita menemukan cara memanfaatkan sampah organik ini, yakni dengan memanfaatkannya untuk budidaya lalat BSF,” ucapnya.
Pada Desember 2022, akhirnya para anggota mencoba melakukan budidaya lalat BSF tersebut untuk menjadi penghasilan yang menjanjikan untuk kemajuan TPS-3R. Lalat BSF ini sendiri merupakan cikal bakal terbentuknya larva maggot, di mana diketahui maggot sendiri merupakan larva yang kaya akan protein tinggi untuk diberikan kepada unggas dan ikan.
“Kami awal kemarin dikasih telur dari indukan lalat BSF oleh teman buat belajar. Selain proses budidaya tidak terlalu susah, bahan dan alatnya juga tidak mahal,” katanya.Maggot yang dihasilkan dari Lalat BSF sendiri memiliki harga jual yang lumayan tinggi, yakni Rp7 ribu per kilogram untuk maggot dewasa.
Nendi berharap dengan hadirnya TPS bisa menjadi solusi untuk mulai membangun Desa Anjani, bukan hanya dari sisi infrastrukturnya saja melainkan juga membangun lingkungan yang bersih dengan memprioritaskan penjagaan lingkungan Desa Anjani.
“Semua desa menjadi produsen sampah namun tidak semua desa memiliki manajemen pengelolaan sampah yang baik, serta pemuda Desa Anjani mulai membangun dasar pengelolaan sampah yg baik melalui TPS-3R,” pungkasnya. (den)