Mataram (Inside Lombok) – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menggencarkan program industrialisasi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya bagus dari sisi kuantitas, tapi yang paling utama adalah berkualitas.
“Kita bukan hanya ingin meningkatkan nilai kuantitas, tapi kualitas yang penting,” kata Gubernur NTB, Zulkieflimansyah, usai pembukaan dialog bertema “Pemanfaatan wakaf dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah”, di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, di Mataram, Senin.
Menurut dia, ekonomi yang berkualitas tersebut mensyaratkan produk lokal banyak yang diminati. Begitu juga dengan tenaga kerja lokal banyak yang terserap dunia usaha.
Salah satu yang harus dilakukan adalah industrialisasi. Upaya tersebut bukan sekedar kemauan atau visi misi gubernur, tapi syarat yang sudah diatur dalam ilmu ekonomi.
“Ilmu ekonomi itu mensyaratkan tidak mungkin kita menjual permen susu terus-menerus, tidak mungkin kaya-kaya kita, atau menjual cenderamata gerabah. Jadi harus ada nilai tambah,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi NTB pada 2019 sebesar 4,01 persen merupakan hal yang biasa-biasa saja. Tidak perlu bangga dengan kuantitatif, tapi harus dilihat lebih dalam kualitasnya bagaimana.
“Oleh sebab itu, kita minta dukungan kaitan dengan upaya memprioritaskan produk lokal dan menggunakan tenaga kerja lokal, sehingga kalau dapat pekerjaan, dapat pendapatan hingga bisa menyekolahkan anaknya dan membiayai kesehatan. Dengan begitu standar hidup menjadi lebih baik,” kata Zulkieflimansyah.
Badan Pusat Statistik NTB mencatat jumlah pengangguran dalam satu tahun terakhir bertambah sebanyak 1.260 orang dari total keseluruhan sebanyak 84.520 orang pencari kerja hingga November 2019. Hal itu disebabkan masih terbatasnya kesempatan mendapatkan peluang kerja sesuai dengan bidangnya.
Kepala Dinas Perindustrian NTB, Nuryanti menyebutkan ada lima sektor industri pengolahan komoditas yang menjadi fokus dalam jangka waktu lima tahun. Sektor tersebut diharapkan yang bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak.
Lima sektor industri pengolahan tersebut adalah pabrik pengalengan ikan di Kabupaten Dompu, pabrik garam di Kabupaten Bima, pabrik pakan ternak di Kabupaten Sumbawa, pabrik pengolahan konsentrat hasil tambang (smelter) di Kabupaten Sumbawa Barat, dan pabrik permesinan di Kutaraja, Kabupaten Lombok Timur. (Ant)