Lombok Barat (Inside Lombok) – Kades Sesela, Abu Bakar menyebut banyak para pegiat pariwisata dan pengrajin kayu terdampak pandemi. Mereka beralih menjadi pekerja serabutan. Ada juga yang menjadi pedagang, dengan harapan dapat bantuan modal dari Pemerintah.
“Kita coba untuk berkoordinasi dengan lokasi-lokasi di fasilitas umum yang ramai seperti Puskesmas, pondok pesantren, untuk bisa menyediakan kita lokasi untuk teman-teman kita yang terdampak ini supaya bisa berjualan di sana” beber Kades Sesela ini, saat ditemui di kantornya, Jum’at (26/03/2021).
“Jadi sekarang mereka banyak yang jadi pedagang kecil-kecil” imbuhnya.
Kondisi itu pun diakuinya terjadi juga bagi para pengrajin di kawasan itu dan saat ini yang masih aktif hanya ada di satu lokasi. Karena pengrajin di kawasan itu diakuinya termasuk yang tahan banting terhadap berbagai kondisi, termasuk situasi pandemi saat ini. Bahkan produk kerajinan mereka pun berhasil masuk dan dipesan oleh instansi-instansi pemerintahan.
“Tapi kalau yang lain bisa kita katakan agak mengalami kemunduran karena kondisi sepinya pariwisata kita saat ini yang jauh berkurang” tukasnya.
Sehingga pihak desa berupaya untuk mengakomodir mereka dengan berkoordinasi bersama pihak-pihak pengelola tempat umum untuk dapat menyediakan ruang bagi mereka. Untuk bisa berjualan supaya bisa menyambung hidup.
“Bahkan bisa dibilang 90 persen para pegiat pariwisata dan pengrajin di sini (Sesela) terdampak, pariwisata ini kan seolah mati total” ungkapnya.
Dirinya menuturkan, para pengrajin yang masih beroperasi ini bahkan jumlahnya sangat tipis sekali bila dibandingkan dengan sebelum pandemi. Bahkan tidak lagi bisa dihitung secara persenan, tetapi perorang yang tersisa hanya tiga orang pengrajin yang masih beroperasi.
“Awalnya 40 persen warga kita yang jadi pengrajin dan bergerak di bidang itu, tapi sekarang sisanya itu hanya tiga orang” sebut Kades Sesela ini.
Bahkan banyak pengrajin yang beralih kerja serabutan, mulai dari peladen tukang, tukang ojek, pedagang, tukang catut motor, hingga jual beli tv bekas. Terlebih saat ini kondisi pasar seni Sesela terbilang mati suri.
Faedullah, anggota DPRD Lobar Dapil Gunungsari-Batulayar menyebut, para pedagang yang ada di pasar seni itu terpaksa tutup gerai karena tidak lagi bisa bertahan di tengah keterhimpitan situasi ini.
“Pasar Seni sih masih ada, tapi kegiatannya di sana sudah tidak ada lagi” bebernya.
Di mana di pasar itu sebelumnya ada sekitar 18 gerai dan enam etalase pedagang yang diakomodir di sana. Akibat pandemi ini, saat ini semua gerai itu pun terpaksa tutup.