26.5 C
Mataram
Senin, 23 Desember 2024
BerandaBerita UtamaPasien Positif Covid-19 yang Kabur di RSUD Praya Depresi Akibat Isolasi

Pasien Positif Covid-19 yang Kabur di RSUD Praya Depresi Akibat Isolasi

Lombok Tengah (Inside Lombok) – Pasien 223 positif covid-19 diketahui kabur melalui jendela rumah sakit dari pantauan CCTV. Kini pasien yang kabur tersebut telah ditemukan di suatu persawahan di Dusun Pentokok, Desa Penujak, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah, atu tepatnya di areal persawahan dekat baypass, Rabu (29/04/2020).

Pasien positif nomor 223 yang diketahui kabur berinisial LS (50) laki-laki asal Penunjak, Kecamatan Praya Barat. Pasien tersebut ditemukan oleh anggota TNI dan langsung melaporkan ke Puskesmas Penujak. Kemudian petugas dari Puskesmas Penujak menjemput pasien dengan APD lengkap dan dibawa ke RSUD Praya tanpa adanya perlawanan dari pasien.

Humas RSUD Praya, Dr Yudha Permana SpDV mengatakan, pasien memang terkonfirmasi positif covid-19 tetapi tanpa gejala. Idealnya tidak perlu dilakukan perawatan di RSUD, lebih tepat adalah karantina terfokus. Kebijakan kabupaten akan menggunakan dan melakukan pembenahan Aerotel untuk kasus pasien positif tapi tanpa gejala seperti ini.

“Kemungkinan pasien mengalami depresi atas apa yang dialaminya dan juga faktor isolasi, semua orang yg diisolasi ada perasaan tertekan dan depresi, setiap orang sehat merasa seperti ini. Terlebih pasien diketahui tanpa gejala, sehingga pasien berniat melarikan diri,” ujarnya saat dikonfirmasi melalui WhatsApp, Rabu (29/04/2020).

- Advertisement -

Ia mengatakan bahwa kemungkinan pasien sejak awal sudah ada niat untuk melarikan diri dari RSUD. Pasien baru saja masuk pada pukul 18:30 wita dan pada pukul 20:40 wita, pasien berhasil melarikan diri. Pasien sengaja menggunakan waktu setelah berbuka dengan harapan petugas sedabg berbuka puasa atau kegiatan ibadah lain.

“Memang standar RS itu tidak ada penjagaan khusus, kita bukan penjara. Siapapun pasien bisa kabur kalau memang punya niat,” sesalnya.

CCTV tidak mungkin dipantau 24 jam full oleh petugas, ada wakti pemantauan berkala tetapi tidak terus menerus dan pemantauan intensif itu untuk pasien dengan gejala yg serius atau pasien khusus yg membutuhkan pemantauan. Pasien yang melarikan diri adalah pasien sehat walau positif, maka idealnya tidak perlu dipantau secara intensif oleh petugas.

“Kita masukkan pasien ini ke kamar isolasi, bukan kamar biasa. Kamar isolasi kita dengan ventilasi campuran, artinya harus ada ventilasi alami dari jendela yg terbuka utk sirkulasi udara. Namun, jendela tersebut dimanfaatkan pasien untuk kabur,” tutupnya.

- Advertisement -

Berita Populer