Lombok Tengah (Inside Lombok) – Pembangunan jalan di Lombok Tengah (Loteng) dinilai belum merata dan berkeadilan.
Hal itulah yang menjadi penyebab aksi tanam pohon pisang yang kerap dilakukan oleh warga yang menuntut perbaikan jalan yang sudah bertahun-tahun rusak dan berlubang
“Pembangunan jalan harus merata supaya tidak ada orang (wilayah) selatan menganggap jalan di utara saja yang bagus”,kata Ketua Komisi III DPRD Loteng, Andi Mardan di Praya.
Dia menyebutkan, merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Loteng, saat ini masih ada 1.700 kilo meter jalan kabupaten yang posisinya belum mantap.
Sementara di sisi lain, anggaran untuk perbaikan jalan tersebut juga terbatas. Akan tetapi, kalau pembangunan jalan dilakukan berbasis kecamatan maka pembangunannya akan lebih cepat tuntas.
“Dan masyarakat tidak akan protes. Jangan pas orang demo saja baru direspon”, imbuhnya.
Karena itu, pembangunan jalan diharapkan dilakukan berbasis kecamatan. “Yang harus disesuaikan dengan anggaran yang ada”,katanya.
Salah satu akses jalan yang sering dikeluhkan oleh masyarakat karena sudah puluhan tahun rusak di antaranya adalah jalan penghubung desa Bonder dan desa Pandan Indah kecamatan Praya Barat Daya.
Akibat jalan yang tidak diaspal mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Aktivitas ekonomi warga, mulai dari transaksi jual beli hasil pertanian jadi terhambat.
Pemantapan jalan penghubung ini sudah diusulkan kepada pemerintah daerah sejak lama. Bahkan, salah syarat pemantapan jalan, yakni merubah status jalan dari jalan desa ke jalan kabupaten juga sudah dilakukan pada tahun 2017 lalu.
“SK nya susah ada. Namun hingga kini belum ada realisasi”,katanya.
Atas hal ini, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) sudah diminta melakukan pembangunan infrastruktur tidak hanya di wilayah perkotaan namun juga di wilayah pedesaan.
“Tidak tebang pilih. Kondisinya sama, proses ini akan dikawal”,katanya.