Mataram (Inside Lombok) – Dinas Pertanian Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyebutkan, aktivitas pemotongan sapi pada dua rumah potong hewan (RPH) di Mataram mengalami penurunan hingga 50 persen lebih, sejak terjadinya pendemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
“Biasanya saat bulan puasa pemotongan ternak sapi baik di RPH Majeluk maupun di RPH Gubuk Mamben Selarbela, bisa mencapai 30-35 ekor per hari, tapi sekarang hanya 10-15 ekor saja,” kata Kepala Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram Mutawalli di Mataram, Kamis.
Menurutnya, penurunan aktivitas pemotongan ternak di RPH tersebut dipengaruhi daya lebih masyarakat yang cenderung merosot di tengah pandemi COVID-19, tetapi, justru harga daging sapi mengalami kenaikan berkisar Rp130.000-135.000 per kilogram dari Rp120.000-125.000, akibat tingginya harga sapi.
Dengan demikian, para jagal membeli dan memotong sapi hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, tidak berani membeli sapi dalam jumlah banyak karena takut rugi.
“Tingginya harga ternak sapi dipicu stok sapi sedikit sebagai dampak dicabutnya moratorium penjualan sapi dari Pulau Sumbawa ke luar daerah. Dulu, sapi yang dijual keluar daerah bobotnya harus di atas 3 kuintal, tapi sekarang meski masih kecil bisa dijual ke luar,” katanya.
Terkait dengan kondisi tersebut, Mutawalli memprediksi pemotongan ternak sapi di dua RPH Mataram pada H-1 Idul Fitri 1441 Hijriyah, akan mengalami penurunan signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau tahun-tahun sebelumnya, pada H-1 Idul Fitri pemotongan sapi bisa mencapai 150-200 ekor per RPH. Kalau tahun ini, mungkin menurun tapi persentase penurunannya belum kita tahu,” ujarnya.
Sementara harga daging beku saat ini, lanjutnya, juga mengalami kenaikan, dengan kisaran Rp80.000 -90.000/kg, bahkan yang super bisa mencapai Rp115.000/kg dari harga sebelumnya Rp70.000-80.000/kg.
Kenaikan harga daging sapi beku itu, dipicu karena daging impor yang biasa didatangkan dari India kini sudah tidak ada karena India sedang “lockdown” untuk penanganan COVID-19.
“Daging beku yang ada saat ini dari Australia, New Zealand dan Brazil yang tentunya harganya lebih mahal,” katanya. (Ant)