Lombok Barat (Inside Lombok) – Selain terjadinya pendangkalan sungai, banjir di tiga dusun yang ada di Sekotong Barat juga diakibatkan karena maraknya penebangan pohon oleh warga. Sehingga kurangnya daerah resapan air di kawasan tersebut.
Selain itu, drainase di kawasan tersebut juga kurang memadai. Sehingga menyebabkan meluapnya air saat hujan deras.
Kepala Desa Sekotong Barat, Saharudin mengatakan bahwa bencana ini bukan yang pertama kali menerjang tiga dusun yang ada kawasannya. Yaitu, Gili Genting, Labuan Petung, dan Padanan. Namun, bencana serupa sudah terjadi sejak tahun 2019. Beruntung bencana tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.
“Setiap musim hujan sudah itu, mulai dari tahun 2019 dan sekarang terjadi lagi” ungkapnya saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Senin (14/12/2020) malam.
Derasnya air hujan yang turun dari gunung juga menjadi penyebab terjadinya banjir. Lantaran, sudah tidak adanya pohon yang akan menyerap air tersebut.
“Kayunya sudah habis semua karena penebangan dari masyarakat, ndak kayak dulu masih banyak kayu. Kalau sekarang udah gundul gunung-gunung itu” ketusnya.
Sejauh ini, pihaknya bersama dengan dinas kehutanan telah melakukan upaya reboisasi dengan menanam berbagai jenis pohon di lahan-lahan yang saat ini gundul. Dan program tersebut telah berjalan selama dua tahun terakhir.
“Tapi kan ndak mungkin juga setahun dua tahun pohon itu bisa langsung tumbuh besar” tukasnya.
“Kita melarang sebenarnya, tapi kan di atas sana juga ada desa lain. Tapi memang ada juga sih warga desa kita yang melakukan penebangan, buka lahan untuk pertanian di tanah miliknya” tutur Saharudin.
Selain itu, pihaknya juga akan berupaya melakukan normalisasi dengan menggandeng masyarakat untuk bergotong royong mengeruk sungai yang sudah mengalami pendangkalan tersebut. Namun, ia menyebut banjir yang terjadi tahun lalu jauh lebih parah daripada yang terjadi saat ini.
Selain tiga dusun di desa Sekotong Barat, dua dusun di desa Pelangan juga diterjang banjir. Yakni Dusun Selindungan dan Dusun Permule. Yang mana terdapat lima Kepala Keluarga (KK) yang rumahnya tergenang.