Mataram (Inside Lombok) – Kasus kekerasan seksual yang diduga dilakukan penyandang disabilitas inisial IWAS alias Agus baru terungkap setelah ada yang melapor. Pengelola Homestay pun mengakui Agus sering datang ke homestay, bahkan dalam seminggu bisa lebih dari tiga kali dengan perempuan yang berbeda.
Pengelola Homestay, Sinta mengatakan Agus cukup sering memesan kamar di homestay yang sama. Pihak pengelola tidak menanyakan sesuatu karena Agus dianggap sudah cukup umur. “Ada yang bilang kok kita diam. Kan Agus ini sudah cukup umur, dia ada KTP,” katanya, Rabu (11/12) siang.
Kendati, ia mengaku merasa ada yang janggal ketika ada perempuan yang keluar dari kamar yang disewa Agus. Sebab terkadang perempuan itu seperti ada yang menangis dan langsung lari. “Kemarin itu nyata-nyata saya lihat ada yang nangis. Dia pakai almamater biru seperti yang dia (Agus, Red) pakai sekarang,” ucapnya.
Menurutnya, perempuan yang dibawa Agus ke homestay tidak ada yang berteriak ketika di dalam kamar. Karena jika ada yang berteriak dan minta tolong pasti akan ditolong. Meskipun setelah keluar kamar ada yang dalam keadaan menangis atau langsung lari. “Kalau seandainya mereka berteriak di dalam saya bisa tolong. Tapi tidak ada yang berteriak. Ada yang langsung lari begitu, dan itu yang saya lihat,” ucapnya.
Pengelola membantah jika disebut ada kerja sama dengan Agus, karena selama ini Agus disebut datang dan diperlakukan sama seperti penyewa lainnya. “Bagaimana saya mau bertanya dia sudah cukup umur dan datang seperti orang pacaran. Tidak ada teriak. Kalau ada yang berteriak saya akan tolong,” tegasnya.
Homestay yang digunakan Agus merupakan salah satu tempat rekonstruksi yang dilakukan oleh Polda NTB terhadap kasus dugaan kekerasan seksual yang dilakukan oleh Agus. Polda NTB melakukan rekonstruksi di tiga lokasi yaitu di RTH Udayana, homestay dan Islamic Center. (azm)