27.5 C
Mataram
Sabtu, 18 Mei 2024
BerandaBerita UtamaPentingnya Pendampingan Psikologi bagi Anak Berperilaku Menyimpang

Pentingnya Pendampingan Psikologi bagi Anak Berperilaku Menyimpang

Mataram (Inside Lombok) – Viral sebuah video bocah usia 11 tahun melecehkan jemaah perempuan yang sedang salat di Masjid Agung Praya. Kasus ini memang sudah tidak dilanjutkan dan berakhir lewat mediasi. Kendati, menyikapi kondisi perilaku anak yang menyimpang, diakui perlu ada pendampingan psikologi.

Koordinator Bidang Hukum dan Advokasi Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTB, Joko Jumadi menerangkan pihaknya berkoordinasi dengan kepolisian setempat pada hari kejadian, Selasa (16/1) pekan lalu. “Proses hukum sudah clear, sudah tidak dilanjutkan, tapi yang perlu kita lakukan adalah bagaimana pun perlakukan anak ini perlu mendapat perhatian. Artinya dia juga perlu mendapatkan pendampingan dari psikolog,” ungkapnya, Senin (22/1).

Lebih lanjut, sebagai seorang anak, pelaku dalam video tersebut diakui Joko harus terus diberikan edukasi, karena anak pada dasarnya masih belum bisa membuat pertimbangan sendiri, termasuk soal etika. Orientasi dari penanganan itu pun adalah upaya sebisa mungkin menyelamatkan masa depan si anak, alih-alih menghukumnya dengan taraf yang sama seperti orang dewasa yang sudah tahu baik-buruk.

Selain itu, mengingat usia anak dalam video tersebut ternyata masih 11 tahun, sehingga menurut Undang-Undang Nomor 11/2012 tentang sistem peradilan anak-anak, maka batas usianya memang tidak terpenuhi karena belum 12 tahun. Sehingga ada dua alternatif yang bisa dilakukan, yaitu dikembalikan ke orangtua atau dititip di Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS).

- Advertisement -

“Tapi ketika melihat kasus itu, saya coba gali lebih dalam, ternyata itu tidak bersentuhan. Jadi dia hanya dibelakang orang salat, sehingga sampai hari ini pun tidak tahu ibu-ibu yang salat itu siapa. Bahkan mungkin ibu-ibu itu tidak tahu ada peristiwa itu,” ujarnya.

Saat ini untuk kondisi anak yang bersangkutan berdasarkan laporan pihaknya belum mengalami gangguan psikologi yang dikhawatirkan muncul setelah perbuatannya viral. Namun, LPA NTB sudah memastikan agar pendidikan si anak tidak terganggu.

“Kalau pendidikan psikolog teman-teman di Lombok Tengah juga sudah menyiapkan. (penanganan, Red) dampak itu yang lebih penting. Ini kan banyak hal peristiwa viral-viral ini, yang kasian korbannya,” tuturnya.

Namun di sisi lain, yang perlu dipikirkan adalah untuk memberikan teguran kepada orang yang menyebarkan video CCTV tersebut. Mengapa pemilik CCTV melakukan penyebaran video itu. “Itu yang belum saya konfirmasi siapa pelakunya (penyebaran video CCTV), tapi paling tidak dalam proses itu ada pembelajaran: tidak semua CCTV layak untuk kemudian diviralkan, apalagi ini posisinya adalah anak anak,” tegasnya. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer