Mataram (Inside Lombok) – PT Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat, mencatat jumlah penumpang yang datang dan berangkat selama Januari-Oktober 2019 menurun sebesar 24 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Penurunan jumlah penumpang pesawat tersebut terjadi setelah gempa bumi NTB pada 2018,” kata General Manager Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok, Nugroho Jati, di Mataram, Selasa.
Ia menyebutkan jumlah penumpang pesawat yang datang dan berangkat dari bandara sebanyak 2.317.620 orang selama Januari-Oktober 2019. Angka tersebut menurun 24 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 3.059.778 orang.
Sementara jumlah penerbangan sebanyak 22.418 kali selama Januari-Oktober 2019. Jumlah tersebut berkurang sebesar 28 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 31.236 penerbangan.
Berkurangnya jumlah penumpang dan penerbangan juga diikuti dengan menurunnya volume kargo. Selama Januari-Oktober 2019, jumlah volume kargo yang diangkut oleh pesawat mencapai 7.930.442 kilogram. Angka tersebut berkurang 38 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain faktor gempa bumi, kata Nugroho, penurunan jumlah penumpang pesawat dan frekuensi penerbangan juga dipengaruhi harga tiket pesawat yang dianggap mahal oleh konsumen. Ditambah lagi dengan kebijakan maskapai penerbangan yang memberlakukan bagasi berbayar.
“Masalah harga tiket pesawat mahal dan bagasi berbayar sempat ramai. Itu juga mempengaruhi jumlah orang bepergian menggunakan pesawat. Kalau penurunan volume kargo terkait dengan produksi dan konsumsi barang di Lombok,” ujarnya.
Menurut dia, untuk meningkatkan arus penumpang dan frekuensi penerbangan dari dan ke Lombok diperlukan upaya bersama, baik oleh Angkasa Pura I, pemerintah daerah dan pemerintah pusat, serta pihak lainnya.
Angkasa Pura I sendiri tetap komitmen untuk menciptakan pasar rute-rute penerbangan baru, baik domestik maupun luar negeri. Salah satunya membuka rute penerbangan langsung untuk jamaah umroh dari Lombok ke Jeddah, Arab Saudi.
Dari sisi pemerintah, lanjut Nugroho, perlu diperbanyak penyelenggaraan kegiatan, seperti penandatanganan nota kesepahaman antara pemerintah daerah dengan kementerian/lembaga, dan berbagai pertemuan lainnya yang memicu pertumbuhan angka kunjungan ke Lombok.
“Saya kira semua pihak sudah punya upaya sesuai ruang lingkup masing-masing. Dan saya yakin pertumbuhan jumlah penumpang dan frekuensi penerbangan dari dan ke Lombok terus membaik seiring dengan proses pemulihan pascagempa bumi,” katanya. (Ant)