30.5 C
Mataram
Selasa, 26 November 2024
BerandaBerita UtamaPenyebaran PMK di Pulau Lombok Semakin Meluas

Penyebaran PMK di Pulau Lombok Semakin Meluas

Mataram (Inside Lombok) – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) NTB mencatat sampai dengan 9 Juni 2022, sebanyak 21.435 ekor ternak terjangkit PMK di Pulau Lombok. Dengan rincian 11.811 ekor ternak yang sakit dan 11 ekor mati. Sementara ternak sembuh sebanyak 9.511 ekor dan 102 ekor terpaksa harus dipotong.

“Kita sudah melakukan koordinasi dan sinkronisasi bersama Pejabat Otoritas Veteriner Kabupaten/Kota se-NTB. Untuk pengendalian PMK di Lombok dan menjaga agar Sumbawa tetap bebas PMK,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Disnakeswan NTB, drh. Muslih, Jumat (10/6).

Menurutnya, salah satu opsi penanganan PMK adalah pemusnahan ternak yang terjangkit. Namun khusus di Indonesia anggaran untuk mengganti ternak yang akan dimusnahkan di 18 provinsi diakui tidak akan mencukupi. Termasuk di NTB yang penyebaran PMK-nya telah masuk ke beberapa kabupaten/kota.

“Negara maju bisa dimusnahkan semua hewan ternak kena PMK, tapi anggaran kita masih terbatas. Harus mengganti semua ternak yang dimusnahkan,” ucapnya.

Sedangkan dana tak terduga yang dimaksud oleh dewan belum ada dan sudah konsultasi, BPKD sedang diupayakan karena harus ada SK wabahnya. Di mana SK wabah belum diterima dari pusat meski sudah diusulkan.

Adapun masalah pemberian vaksin pada ternak belum bisa dilakukan, karena masih menunggu pendistribusian dari Pemerintah Pusat. Sementara untuk pengadaan obat-obatan, diakui juga masih sangat terbatas.

“Pemerintah sudah berupaya untuk menyalurkan obat-obatan kepada peternak. Hanya saja pasokan obat yang tersedia di seluruh daerah di Indonesia juga tidak ada,” katanya.

Dengan kondisi itu, di samping melakukan pengobatan secara farmakoterapi atau obat konvensional, diharapkan peternak juga bisa memanfaatkan pengobatan secara etnoterapi atau penggunaan bahan alami sebagai alternatif lain untuk mempercepat kesembuhan ternak mereka. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam penanganan kasus PMK ini.

“Memetakan kasus PMK di setiap daerah sampai ke dusun-dusunnya. Lalu lintas ternak maupun peternaknya dibatasi. Selanjutnya biosecurity dengan cara penyemprotan desinfektan pada ternak dan lingkungan kandang sekitar,” jelas Muslih.

Berdasarkan data yang diterima Disnakeswan NTB wilayah yang terjangkit PMK, Kabupaten Lombok Timur menjadi daerah paling banyak terjangkit PMK. Total ada 8.644 ekor ternak sapi sudah terkena PMK. Di mana 3.795 ternak sakit dan 4.795 ekor ternak sudah sembuh dan 54 ekor ternak dipotong paksa. Kemudian di Lombok Barat sebanyak 5.519 ekor, ternak sakit sebanyak 3.662 ekor, sembuh 1.849 ekor dan potong paksa 2 ekor serta kasus mati sudah 6 ekor. Sementara Lombok tengah tercatat mencapai 5.519 ekor, ternak sakit 2.829 ekor, ternak sembuh 2.689 dan ternak mati hanya satu ekor.

Lombok Utara sebanyak 1.379 ekor dengan rincian ada 1.281 ekor ternak sakit, 87 ekor ternak mati dan 5 ekor ternak mati serta 6 ekor ternak yang dipotong paksa. Kota Mataram 374 ekor kasus PMK. Dari ratusan ternak yang terjangkit PMK, 244 ekor dinyatakan masih sakit sedangkan 91 ekor sudah sembuh serta 39 ekor potong paksa.

“Kalau kambing karena gejalanya tidak kelihatan jadi belum, walaupun sudah kena kadang-kadang tidak terdeteksi. Gejalanya ringan tidak seberat sapi dan memang tingkat kematiannya juga kecil,” jelasnya. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer