27.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaBerita UtamaPeredaran Miras di Lobar Berkurang, Satpol PP: Orang Lebih Suka ke “Coffee...

Peredaran Miras di Lobar Berkurang, Satpol PP: Orang Lebih Suka ke “Coffee Shop”

Lombok Barat (Inside Lombok) – Ratusan botol minuman keras (miras) dan 10 pasangan tidak sah diamankan Satpol PP Lobar jelang Ramadhan. Namun, berkat semakin menjamurnya ‘coffee shop’ dan trend nongkrong anak muda, peredaran minuman keras di wilayah Lobar dinilai menurun.

“Pada giat penertiban minuman beralkohol dan ‘penyakit masyarakat’ dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan ini ada ratusan botol Miras dan 10 pasangan tidak sah dijaring di desa Suranadi,” ungkap Kepala Satpol PP Lobar, Bq. Yeni S Ekawati saat dikonfirmasi, Kamis (31/03/2022).

Menjelang puasa ini, ada empat lokasi yang dinilai rawan, yang disasar pihaknya untuk penertiban. Di antaranya, Suranadi, Lingsar, Lilir Gunungsari, serta wilayah Jagaraga Kediri.

“Ini agenda tetap yang kita laksanakan dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Di samping memang, dalam setahun kami berencana akan melakukan giat ini minimal empat hingga enam kali,” bebernya.

Namun, kata Yeni, bila melihat fenomena yang terjadi saat ini dibanding tahun lalu, peredaran miras ilegal di wilayah Lobar justru menurun. Dirinya tak memungkiri, ini bisa terjadi karena berubahnya tren anak muda yang lebih suka nongkrong di coffee shop, dibanding dengan mabuk-mabukan.

“Kalau melihat peredaran memang ada penurunan. Semoga ada perubahan dengan semakin banyaknya para pengusaha yang membuka tempat ngopi, dan anak-anak muda jadi berkurang yang mabuk,” ujarnya.

Tren itu diharapkan terus meningkat ke depannya. Dengan semakin berkurangnya oknum masyarakat yang biasanya mabuk-mabukan, lanjut Yeni, ketentraman dan ketertiban umum di lingkungan masyarakat bisa lebih meningkat. Sehingga masyarakat bisa menjadi lebih tenang dalam beraktivitas di luar rumah.

“Kita berharap, agar masyarakat berani untuk memulai usaha yang lain seperti usaha (kedai) kopi yang sekarang mulai ramai. Mari kita sama-sama menyambut bulan suci Ramadhan dengan menjaga kondusifitas di lingkungan kita,” pesannya.

Begitupun dengan operasional villa dan hotel melati yang kerap kali dimanfaatkan untuk hal-hal yang dinilai konotasinya negatif. Yeni tak memungkiri fenomena itu masih marak. Tetapi, dirinya mengakui hal itu sudah mulai menunjukkan penurunan. (yud)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer