32.5 C
Mataram
Sabtu, 18 Mei 2024
BerandaBerita UtamaPeresean Mulai Berlakukan Sistem Turnamen, Ini Aturannya

Peresean Mulai Berlakukan Sistem Turnamen, Ini Aturannya

Lombok Timur (Inside Lombok) – Seni pertunjukan peresean yang ada di Pulau Lombok didaulat menjadi salah satu olahraga tradisional. Saat ini olahraga itu pun terus dikembangkan hingga ditarget menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan di gelaran daerah maupun nasional.

Salah satu pegiat budaya NTB, Amaq Mila yang telah lama berkecimpung lama di dunia peresean mengatakan pertunjukan olahraga peresean saat ini masih menggunakan sistem lama, yakni tidak ada kalah-menang, melainkan hanya pertunjukan. Karena itu, pertandingan peresean mulai diarahkan agar menggunakan sistem turnamen dengan aturan-aturan dan sistem penilaian untuk menentukan pemenang.

Penerapan aturan baru untuk sistem penilaian itu pun diuji-cobakan di tanding presean yang digelar di Lapangan Lendang Nangka, Kamis (6/7) kemarin. “Kita akan coba berlaku sistem turnamen dalam bentuk penilaian, untuk menentukan kalah dan menang,” terang Amaq Mila pada Inside Lombok.

Selama pertandingan peresean di Lapangan Lendang Nangka itu ada beberapa aturan yang dibuat. Antara lain pepadu (pemain peresean) dilarang menghujam, menusuk, menyentuh lengan kanan lawan dengan tameng hingga tidak bisa melayangkan pukulan, memukul dari batas pinggang ke bawah, memukul dari bawah, dan mengkonsumsi miras. Selain itu pepadu harus menggunakan kain dan ikat kepala, tidak boleh hanya menggunakan celana panjang atau celana pendek saja.

- Advertisement -

“Aturan itu jika dilanggar tentu akan mengurangi nilai yang telah dikumpulkan oleh masing-masing pepadu,” tuturnya. Dari sistem penilaian juga telah diatur perolehan poin. Antara lain satu poin apabila penjalin (cemeti) mengenai tubuh bagian lawan, dan KO jika kepala terkena pukulan sampai mengeluarkan darah. KO juga dapat diperoleh jika penjalin yang dipegang oleh pepadu jatuh sebanyak tiga kali.

Kemudian untuk juri digunakan sebanyak tiga orang, yaitu satu juri tengah dan dua lainnya sebagai juri pinggir yang akan memberikan poin apabila pukulan masuk mengenai tubuh antar pepadu. “Kalau terjadi pelanggaran maka akan dikurangi satu poin, tapi sistem penilaian itu masih kita lakukan pembahasan dengan semua paguyuban dan akan kita setujui ketika teknikal meeting setelah mendengar masukan-masukan,” jelasnya.

Dengan adanya penilaian standar baku kompetisi, Amaq Mila berharap agar peresean bisa digelar di berbagai tingkatan baik antar kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan internasional. Serta bisa menjadi olahraga tradisional paling bergengsi di dunia karena cara memainkannya cukup sederhana dan bisa dimainkan semua orang maupun usia. “Kita harapkan perasaan ini bisa setara dengan olahraga fighting level internasional sehingga terangkatnya nama Lombok di mata dunia,” pungkasnya. (den)

- Advertisement -

Berita Populer