Mataram (Inside Lombok) – Pada masa pandemi Covid-19 dua tahun terakhir, jumlah kasus pernikahan usia anak di NTB meningkat jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Maraknya pernikahan anak ini karena berbagai alasan. Salah satunya perkawinan anak dianggap menjadi solusi terhadap masalah yang terjadi.
Menyikapi fenomena tersebut TP PKK Provinsi NTB menggencarkan sosialisasi pernikahan usia anak. “Dengan kasus ini kami TP PKK sudah berkeliling di Lombok untuk membahas pernikahan usia anak ini melalui kajian,” ujar Ketua TP PKK Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah, Jumat (10/6) di Mataram.
Untuk menyelesaikan kasus pernikahan usia anak tidak bisa diselesaikan oleh satu OPD. Melainkan semua stakeholder terkait, baik dari pemerintah maupun LSM yang memberikan perhatian terhadap kasus anak.
Dalam waktu dekat, kajian akan digelar di Pendopo Bupati Lombok Tengah. Lokasi tersebut ditunjuk karena melihat angka dispensasi pernikahan sangat tinggi. “2021 ini banyak sekali terjadi dispensasi yang disetujui oleh Pengadilan Agama. Artinya banyak terjadi pernikahan anak,” ujarnya.
Melalui kajian yang akan digelar bisa menjadi perhatian kembali agar semua elemen masyarakat bisa ikut menekan kasus pernikahan anak. Diceritakan, dari kunjungan yang dilakukan banyak menemukan anak-anak perempuan yang berprestasi. Akan tetapi tidak bisa melanjutkan Pendidikan karena biaya.
Dengan persoalan tersebut, TP PKK Provinsi NTB akan berkoordinasi dengan perguruan tinggi agar memberikan beasiswa khusus bagi perempuan. “Saya pikir ini harus difasilitasi. Jangan sampai anak perempuan ini terhambat cita-citanya karena biaya pendidikan. Kalau sekolah level SMP dan SMA mudahan tidak ada masalah dan untuk S1 kita akan bicara kepada pengelola perguruan tinggi,” ungkap Niken.
Di sisi lian, perempuan-perempuan muda NTB diakuinya perlu mencari inspirasi untuk terus bergerak maju dan tidak menyerah pada keadaan. Dicontohkan seperti adanya Puteri Indonesia asal NTB yang masuk Top 11 yang bisa menjadi role model bagi anak-anak remaja.
“Puteri Indonesia bisa jadi pemicu semangat dan informasi lebih luas. Penggunaan handphone juga bisa menjadi sarana yang negatif. Dengan adanya Puteri Indonesia bisa memberikan informasi positif dan menyemangati anak perempuan untuk lebih rajin belajar,” harapnya. (azm)