24.5 C
Mataram
Minggu, 29 September 2024
BerandaBerita UtamaPertama di NTB, Seorang Batita Jalani Operasi Pemasangan Alat Pacu Jantung Permanen

Pertama di NTB, Seorang Batita Jalani Operasi Pemasangan Alat Pacu Jantung Permanen

Mataram (Inside Lombok) – RSUD Provinsi NTB mulai melakukan operasi pemasangan pacemaker atau alat pacu jantung permanen pertama kali pada seorang pasien berusia 2,5 tahun. Pasien inisial NK yang berasal dari Kabupaten Lombok Utara (KLU) itu diketahui menderita blok AV total (TAVB).

TAVB adalah kondisi langka di mana aliran impuls listrik dalam jantung terganggu, mengakibatkan ketidakseimbangan detak jantung dan dampak serius pada kesehatan anak-anak. Dalam kasus ini, seorang anak laki-laki berusia 2,5 tahun mengalami gejala-gejala tersebut dan menjalani pemasangan pacemaker permanen di bawah perawatan tim medis di RSUD NTB.

Consultant of Interventional Cardiology RSUD Provinsi NTB, G. A. R. Prawisanthi menerangkan pacemaker permanen ini dirancang untuk memberikan impuls listrik secara teratur ke jantung untuk memastikan ritme jantung yang sehat dan fungsional. Pasien yang menjalani prosedur ini diharapkan dapat kembali beraktivitas dengan lebih normal dan merasa lebih baik.

“Ada baterai yang dipasangkan dinding jantung. Karena pasien ini mengalami total AV Blok menjadi detak jantungnya sangat lambat,” katanya, Rabu (23/8) pagi. Ia menerangkan, detak jantung pasien hanya 40 kali dalam empat menit, yang mana normalnya pada usia 2,5 tahun jantung berdetak sebanyak 90 hingga 110 kali per menit.

- Advertisement -

Sebelum dilakukan tindakan operasi, tim medis sudah memberikan obat-obatan untuk memberikan respon. “Dalam 10 hari tidak merespon dengan obat-obatan sehingga diputuskan alat picu jantung,” ungkapnya.

Santhi menambahkan, karena baru pertama kali dilakukan di RSUD NTB, tim mendapatkan kesulitan untuk posisi yang pas pemasangannya. Alat yang dipasang pada tubuh anak tersebut menggunakan baterai yang mampu bertahan selama 5 hingga 6 tahun.

“Kita harus evaluasi apakah akan dipasangkan ulang atau tidak. Saat ini baterainya itu disimpan di atas perut,” katanya. Kasus ini disebut Santhi sangat jarang ditemukan. Karena untuk kasus NK baru terlihat gejalanya pada usia 2,5 tahun. “Ini biasanya karena genetik juga,” lanjutnya.

Sementara terkait dengan biayanya, Direktur RSUD Provinsi NTB, Lalu Herman Mahaputra mengatakan untuk saat ini belum bisa dihitung. Pihak RSUD juga belum mengetahui apakah tindakan operasi tersebut bisa ditangani dengan BPJS atau tidak. “Kalau tidak tercover oleh BPJS nanti rumah sakit yang akan tanggung,” katanya. (azm)

- Advertisement -


Berita Populer