Mataram (Inside Lombok) – Tingginya angka penyakit tidak menular yang mulai menyerang masyarakat saat ini disebabkan salah satunya karena perubahan gaya hidup. Di mana, perubahan pola makanan serta asupan setiap hari menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri mengatakan berdasarkan hasil evaluasi selama 10 tahun terakhir terjadi pergeseran pola penyakit. Penyakit tidak menular (PTM) yang menyerang masyarakat seperti jantung terjadi peningkatan dari penyakit menular.
“Itu sebenarnya kalau kita lihat pergeseran penyakit termasuk jantung itu karena memang terjadi pergeseran. Ini karena gaya hidup dan pola makanan,” katanya, Senin (19/12) pagi.
Ia menerangkan, perubahan pola makanan terjadi selama 10 tahun terakhir sehingga berdampak pada tingkat kesehatan masyarakat. Dengan demikian, untuk mengembalikan tingkat kesehatan masyarakat maka harus menerapkan gerakan hidup sehat.
“Kita gerakkan lagi Germas (gerakan masyarakat hidup sehat) itu ya,” katanya. Dalam program Germas tersebut, masyarakat dianjurkan untuk berolahraga secara rutin setiap sehari. Selain rutin olahraga, jenis-jenis makanan harus dikontrol. “Bagaimana aktivitas fisik dan bagaimana makanan kita harus kita control,” ujarnya.
Dari 5 juta jumlah penduduk di Provinsi NTB, yang berpotensi terserang penyakit jantung yaitu sebanyak 150 ribu orang terutama laki-laki yang berusia 50 tahun keatas. “Komposisi laki-laki dan perempuan hampir sama ya (yang bisa terserang penyakit red),” ungkapnya.
Ia mengingatkan, dengan risiko yang akan dihadapi jika pola hidup tidak sehat, maka bisa menyadarkan masyarakat untuk bisa lebih peduli lagi dengan kesehatannya. Karena hal ini juga menyangkut usia harapan hidup di Provinsi NTB.
“Jangan sampai kasus PTM ini meningkat. Kita juga sudah screening PTM ini dan mendapat apresiasi Kemenkes terutama di posyandu keluarga,” tegasnya.
Potensi masyarakat yang bisa terserang PTM di provinsi NTB cukup tinggi, maka tantangan pemerintah daerah saat ini memaksimalkan edukasi kepada masyarakat. “Setelah kita temukan kasus itu, bagaimana mengintervensi untuk mengedukasi masyarakat lebih kuat lagi,” pungkas Fikri. (azm)