31.5 C
Mataram
Sabtu, 2 November 2024
BerandaBerita UtamaPipa Air Diduga Pecah Akibat Aktivitas Proyek, Masyarakat Bukit Tinggi Kesulitan Air...

Pipa Air Diduga Pecah Akibat Aktivitas Proyek, Masyarakat Bukit Tinggi Kesulitan Air Bersih

Lombok Barat (Inside Lombok) – Warga Dusun Bukit Tinggi dan Tunjang Polak, Desa Bukit Tinggi, Kecamatan Gunungsari mengeluhkan sulitnya akses air bersih. Terlebih, pasca pipa air yang mengaliri kawasan mereka diduga pecah akibat aktivitas proyek perbaikan jalan nasional menuju Bendungan Meninting yang ada di desa tersebut.

“Pipanya rusak karena proyek untuk pengerjaan jalan,” ungkap Ketua Karang Taruna Desa Bukit Tinggi, Khaerul Anwar saat dikonfirmasi, Selasa (20/08/2024). Kondisi ini pun disebut sudah berlangsung sekitar dua minggu. Bahkan, untuk bisa memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat di kedua dusun itu membeli galon isi ulang hingga mengungsi ke sanak saudara yang memiliki air bersih di dusun sebelah.

Masyarakat pun diakuinya sudah melaporkan kondisi itu ke pemerintah desa (pemdes) setempat dan pihak kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut. Namun, pemdes setempat dinilai kurang responsif menanggapi aduan mereka. “Tidak responsifnya pemdes hingga masyarakat secara swadaya turun tangan untuk perbaikan pipa, dan itu dilakukan setiap hari setelah pengerjaan proyek,” tuturnya.

Berdasarkan keterangan dari pihak kontraktor proyek tersebut yang diterima pihaknya, koordinasi dengan kepala dusun masing-masing wilayah yang masuk dalam lingkup pengerjaan jalan sudah dilakukan. “Namun pada kenyataannya jika memang sudah dilakukan koordinasi, kenapa tidak ada pemberitahuan sama sekali tentang pengerjaan proyek ini? Sehingga masyarakat bisa melakukan pemindahan pipa terlebih dahulu,” herannya.

- Advertisement -

Saat ini, pipa sepanjang kurang lebih 2 kilometer dari Dusun Bukit hingga Dusun Tunjang Polak itu diakuinya hampir sudah tidak bisa digunakan lagi. Sehingga masyarakat meminta ganti rugi atas kerusakan pipa tersebut.

Walaupun memang, kata dia dua dusun itu memang kesulitan akses air bersih, terlebih selama musim kemarau. Namun, kondisi itu disebutnya makin diperparah dengan kerusakan pipa akibat pengerjaan proyek tersebut.

“Untuk kerusakan pipa sejak pengerjaan proyek, akan tetapi permasalahan pemerataan air tidak kunjung diselesaikn oleh pemdes sejak desa ini mekar dari tahun 2012. Terutama Dusun Tunjang Polak yang kesulitan air bersih selama bertahun-tahun,” bebernya.

Sehingga untuk mencuci, masyarakat terpaksa pergi ke sumber mata air yang ada di bawah bukit atau pun di bawah proyek Bendungan Meninting, walaupun airnya diakui masih keruh. Khaerul menjabarkan jumlah kepala keluarga (KK) yang saat ini kesulitan mendapatkan air bersih di Dusun Tunjang Polak mencapai 204 KK. Sedangkan di Dusun Bukit Tinggi, sebanyak 50 KK. Selain itu ada juga dua masjid yang turut terdampak.

“Masyarakat meminta pihak kontraktor untuk ganti rugi kerusakan pipa, dan pemdes diharapkan bisa segera mengatasi persoalan ini (air bersih, Red). Jika tidak kunjung diselesaikan maka masyarakat akan mengambil alih baik untuk pengurus dan seterusnya,” tandas Khaerul.

Sementara itu, Kades Bukit Tinggi, Ahmad Muttakin membenarkan bahwa kondisi sulit air bersih yang dirasakan masyarakat setempat saat ini, akibat pengerjaan proyek jalan tersebut. “Iya (gangguan air bersih) karena proyek, gangguan pipa. Panjang pengerjaan proyek mulai dari Sayang-Sayang sampai Bukit Tinggi,” terangnya saat dimintai keterangan melalui sambungan telepon.

Namun kata dia, pipa-pipa yang rusak tersebut sudah diganti oleh pihak kontraktor yang mengerjakan proyek itu. “Langsung kita digantiin, langsung sorenya kita pasang sama pengurus air. Gitu jadinya, kalau siang-sore mati karena pengerjaan, malem masuk airnya,” jelas dia.

Di mana proyek pengerjaan jalan itu merupakan proyek nasional untuk mendukung akses menuju Bendungan Meninting. Pengerjaan sepanjang Desa Penimbung hingga Bukit Tinggi itu panjangnya kurang lebih 3 kilometer, sehingga secara keseluruhan panjang pengerjaan proyek jalan yang dimulai dari Sayang-Sayang itu mencapai sekitar 5 kilometer.

“Pengerjaan jalan ini baru sembilan hari, tapi yang lapor katanya udah tiga minggu tidak dapat air. Proyek aja belum segitu lamanya (dikerjakan),” ketus Muttakin. Pihaknya membantah jika pemdes dianggap tidak memperhatikan masyarakat. “Yang terdampak hanya dua dusun, sekitar 300-400 KK. Tapi kan tetap terairi masyarakat,” tandasnya.

Perlu diketahui, bahwa proyek tersebut merupakan proyek nasional dengan nama pengerjaan “rekonstruksi akses jalan Bendungan Meninting”. Tanggal kontraknya dimulai sejak 25 Juli 2024, dengan target pengerjaan selama 158 kalender. Yang didanai melalui APBN sebesar Rp16.814.351.000. (yud)

- Advertisement -

Berita Populer