33.5 C
Mataram
Jumat, 22 November 2024
BerandaBerita UtamaProduksi Padi di NTB Menurun 85,09 Ribu Ton

Produksi Padi di NTB Menurun 85,09 Ribu Ton

Mataram (Inside Lombok) – Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat produksi padi pada 2024 diperkirakan sebesar 1,45 juta ton GKG (Gabah Kering Giling), mengalami penurunan sebanyak 85,09 ribu ton GKG atau 5,53 persen. Penurunan ini jika dibandingkan produksi padi di 2023 yang sebesar 1,54 juta ton GKG.

Produksi padi tertinggi pada 2023 terjadi di Maret sebesar 410,34 ribu ton GKG, dan produksi padi tertinggi pada 2024 terjadi di April sebesar 376,50 ribu ton GKG. Sementara produksi padi terendah pada 2023 terjadi di bulan Desember sebesar 28,76 ribu ton GKG dan pada 2024 terjadi di Januari sebesar 33,13 ribu ton GKG.

“Jika melihat produksi beras padi tahun 2024 diperkirakan mencapai 827,81 ribu ton atau mengalami penurunan sebesar 48,46 ribu ton dibanding tahun 2023,” ujar Kepala BPS NTB Wahyudin. Ada tiga kabupaten/kota dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2024 adalah Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Sumbawa, dan Kabupaten Lombok Timur.

Sementara itu, tiga kabupaten/kota dengan produksi padi terendah yaitu Kabupaten Lombok Utara, Kota Mataram, dan Kota Bima. “Penurunan produksi padi yang cukup besar pada 2024 terjadi di beberapa wilayah seperti Kabupaten Sumbawa, Lombok Tengah, dan Kabupaten Sumbawa Barat. Di sisi lain, ada kabupaten/kota mengalami peningkatan produksi padi yaitu, Dompu, Lombok Timur, dan Lombok Utara,” terangnya.

Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi padi sepanjang Januari−September 2024 diperkirakan setara dengan 742,57 ribu ton beras, atau mengalami penurunan sebesar 61,69 ribu ton atau 7,67 persen. Dibandingkan Januari−September 2023 yang sebesar 804,26 ribu ton.

Sedangkan potensi produksi beras sepanjang Oktober−Desember 2024 sebesar 85,24 ribu ton. Dimana produksi beras tertinggi pada 2024 terjadi di April, yaitu sebesar 214,44 ribu ton. Sementara itu, produksi beras terendah terjadi pada Januari, yaitu sebesar 18,87 ribu ton. “Kondisi ini agak berbeda dengan tahun 2023, dimana produksi beras tertinggi terjadi di bulan Maret dan produksi beras terendah terjadi pada bulan Desember,” ungkapnya.

Sementara itu, melihat produksi beras subround I periode Januari-April 2024 mengalami penurunan sebesar 139,71 ribu ton, diikuti kenaikan di subround II dan juga potensi kenaikan di subround III sebesar 74,05 dan 17,20 ribu ton. “Meskipun mengalami penurunan untuk produksi beras, tapi NTB masih surplus tipis,” ucapnya. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer