25.5 C
Mataram
Senin, 25 November 2024
BerandaBerita UtamaPunya Nilai Ekonomi Tinggi, Masyarakat Didorong Beternak Rusa

Punya Nilai Ekonomi Tinggi, Masyarakat Didorong Beternak Rusa

Mataram (Inside Lombok) – Masyarakat NTB didorong untuk beternak rusa, karena besarnya potensi ekonomi dari pengembangbiakan mamalia tersebut. Untuk itu Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB akan membuat penangkaran percontohan untuk kegiatan komersial.

Kepala BKSDA NTB, Budhy Kurniawan mengatakan ada beberapa calon penangkar yang rencananya akan dibina. Ke depan, rusa ditargetkan bisa dijadikan ternak biasa seperti halnya kambing, sapi atau kuda.

“Sebagai maskot daerah harusnya habitatnya dilestarikan di alam, banyak dikembangkan oleh masyarakat, dan bisa jadi sumber ekonomi masyarakat,” ujar Budhy, Rabu (17/5). Pihaknya mencatat saat ini ada lebih dari 40 penangkaran rusa di NTB, sementara populasi rusa mencapai sekitar seribu ekor. “Cuma belum ada satupun penangkar yang memanfaatkan populasi rusa hasil penangkarannya untuk kegiatan komersial. Misalnya untuk sate rusa,” jelasnya.

Menurutnya, selain dari daging, kulit hingga tanduk rusa juga memiliki nilai ekonomi sendiri. Di mana sepasang rusa jenis rusa timor bisa dijual seharga Rp8 juta, sedangkan rusa tutul harganya berkisar Rp14 juta per ekor.

Menurut Budhy, sebagai maskot Provinsi NTB, maka daging rusa sangat cocok sebagai salah satu maskot kuliner dan ikon pariwisata juga. “Untuk melakukan penangkaran rusa, syaratnya mudah: dapat mengajukan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS), mendapatkan izin dari lingkungan sekitar, dan mendapatkan rekomendasi dari BKSDA setelah dinyatakan layak dilakukan penangkaran,” jelasnya.

BKSDA akan membantu penangkar rusa bagaimana memelihara yang baik, sehingga tingkat produktivitasnya tinggi. Tetapi syarat-syarat kandang atau penangkarannya yang terus diedukasi di masyarakat.

“Untuk penangkaran rusa sangat gampang. Tidak jauh beda dengan memelihara kambing. Cukup hanya dengan memberi makan rumput, dan tempat penangkarannya representatif, sesuai ketentuan,” bebernya.

Diterangkan, komersialisasi rusa boleh dilakukan hanya untuk rusa F2, yaitu keturunan kedua dari sepasang indukan. “Nanti kalau F1 (keturunan pertama indukan) sudah menghasilkan anak atau F2, barulah F2 ini boleh dipotong untuk dikomersilkan. Cepat kok dapat F2 ini. Syaratnya kalau F2 misalnya 10 ekor, 1 ekor atau 10 persen sebagaimana ketentuannya harus dilepas liarkan untuk menjaga kelestarian habitatnya di alam,” pungkas Budhy. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer