Mataram (Inside Lombok) – Rencana investasi yang akan dilakukan Raffi Ahmad di Rumah Potong Hewan (RPH) Banyumulek seperti berujung di jalan buntu. Setelah dilakukan proses identifikasi dan survei oleh tim dari selebritis Tanah Air tersebut, sampai saat ini belum ada keberlanjutan yang pasti.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) NTB, Khairul Akbar bahkan mengakui rencana investasi oleh Raffi Ahmad di RPH Banyumulek kemungkinan besar batal. “Dengan Raffi Ahmad belum apa-apa, hanya masih kaitan mereka survei saja. Rencana survei dan belum ada hasil, bisa jadi tidak jadi saja bilang. Karena mungkin menurut mereka tidak bagus analisanya,” ungkapnya, Selasa (7/6).
Padahal, tim dari Raffi Ahmad telah datang melakukan identifikasi hingga survei selama satu pekan di RPH Banyumulek. Disnakeswan NTB sendiri disebut Khairul sudah menanyakan kembali keseriusan rencana investasi tersebut. Mengingat ada beberapa investor yang juga melirik investasi RPH Banyumulek.
“Terakhir informasinya kemarin dengan anak buahnya, belum ada jawaban yang pasti juga. Mereka masih rapat, menganalisa laba rugi investasi itu di NTB. Tapi mereka tetap akan melakukan investasi di bidang peternakan, apa di sini atau di mana,” terangnya.
Dijelaskan, sebelumnya RPH Banyumulek ditangani oleh PT GNE namun mereka sudah mundur. Kemudian tahun lalu ada PT Siar Nusa Tenggara yang masuk pada bulan Mei, dan mereka sudah mengajukan untuk mengelola RPH Banyumulek, tetapi akhirnya sampai Desember kemarin diverifikasi dan sudah dirapatkan tidak ada kelanjutannya juga.
“Tiba-tiba juga kemarin ada keinginan Pak Gubernur NTB ada investasi dari Raffi Ahmad. Kemudian datang lagi dari GWC yang juga nanti mau investasi di RPH Banyumulek,” ujarnya.
Untuk memasukkan pengelola yang baru juga menemukan kendala, karena disyaratkan terlebih dulu oleh Biro Hukum agar pengelola yang lama harus memperjelas statusnya. Apakah mengundurkan diri dan bagaimana tanggapan pemerintah, barulah proses selanjutnya bisa berjalan.
“Tadi saya minta juga kepada bidang yang terkait kesmavet untuk mengurus semua ini. Tolong bicarakan baik-baik dengan PT Siar Nusa Tenggara dan bagaimana nanti pengelola ini kita alihkan ke yang lain,” paparnya.
Disnakeswan NTB sendiri diakuinya lebih condong ke GWC daripada Raffi Ahmad terkait pengelolaan RPH Banyumulek tersebut. Di mana dengan GWC kemungkinan menggunakan sistem inkubasi di dalamnya. Kalau pola inkubasi itu bisa berjalan 1-2 tahun, jika sudah berhasil barulah GWC membayar aset dan sebagainya.
“Raffi Ahmad kalau pun jadi, GWC ni bisa nebeng dengan raffi Ahmad, dia (Raffi Ahmad) memotongnya 50-100 ekor sapi per hari, tapi bisa tidak kebutuhan kita mencukup, ini kan perlu analisa juga,” jelasnya.
Di sisi lain, untuk sementara waktu proses pemotongan hewan di RPH Banyumulek difasilitasi Disnakeswan. Sembari menunggu investor dan pengelola yang baru masuk.
“Tidak mangkrak dia (RPH), masih proses. Karena memang RPH kita ini sudah kurang lebih satu tahun tidak dipakai, banyak peralatan yang sudah mulai rusak. Memang kami ada mengusulkan untuk diperbaiki beberapa yang rusak. Nanti kami bersikeras kalau ini nanti dipergunakan,” katanya. (dpi)