Mataram (Inside Lombok) – Pembangunan shrimp estate atau kawasan budidaya udang yang direncanakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa hingga kini tak kunjung terealisasi. Bahkan pelaksanaanya tidak ada tanda-tandanya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) NTB, Muslim mengatakan belum lama ia bertemu dengan Dirjen Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) RI terkait dengan mega proyek tersebut. Sementara untuk proyek shrimp estate yang baru berjalan di Indonesia ada di Kebumen di Provinsi Jawa Tengah dengan luas lahan 100 hektare murni lahan Pemda setempat.
“Saya dapat informasi dari beliau kayaknya tidak dilanjutkan (shrimp estate), tapi kita masih tunggu surat resmi ini (keputusan batal atau tidak, red),” ungkap Muslim, Senin (20/2).
Menurutnya, kemungkinan batal rencana shrimp estate di Sumbawa senilai Rp 2,25 triliun ini, ada beberapa faktor. Pertama, daya dukung lingkungan dan infrastruktur pendukung. Kedua, status lahan yang mengharuskan milik pemda.
“Istilahnya mereka ingin (status) tanah negara. Shrimp estate merupakan program pemerintah pusat yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.
Untuk diketahui, proyek shrimp estate merupakan rencana pembangunan pusat budidaya udang modern skala besar. Awalnya KKP RI menargetkan pembangunan direncanakan mulai pada pertengahan 2022. Sayangnya sampai dengan sekarang tak kunjung terealisasi bahkan berpotensi batal.
Kendati, meskipun proyek ini berpotensi batal dilakukan. Tetapi pemerintah melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BWS) tetap menyediakan dana cukup besar. Dimana anggaran ini diperuntukkan penataan saluran irigasi tambak terintegrasi di sekitar wilayah shrimp estate.
“Kalau tidak salah lebih kurangnya Rp40 miliar anggarannya, tambak disana tetap dilakukan intervensi, walaupun tidak dengan nama shrimp estate,” tuturnya.
Sementara itu, pembangunan tambak udang modern ini diharapkan mendorong peningkatan produksi tambak budidaya tradisional di Sumbawa yang selama ini hanya 0,6 ton per hektar menjadi 40 ton per hektare. (dpi)