Mataram (Inside Lombok) – Rekanan pelaksana proyek pengadaan bibit jagung tahun 2017 bernilai Rp170 miliar, Arianto Prametu, mengklaim bahwa pihaknya sudah mengganti bibit jagung rusak yang diterima masyarakat petani di wilayah kabupaten dan kota di Nusa Tenggara Barat.
“Itu kan temuan BPSBP, tapi bibit yang rusak sudah semua diganti,” kata Arianto menanggapi pertanyaan wartawan soal temuan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSB-P) NTB terkait 190 ton bibit jagung tahun 2017 yang tidak sesuai dengan spesifikasi pengadaan, Kamis.
Arianto menanggapi pertanyaan wartawan itu usai memberikan klarifikasi ke hadapan penyidik Kejaksaan Agung (Kejagung) di Kantor Kejati NTB. Dia menjelaskan klarifikasinya terkait masalah pengadaan bibit jagung tahun 2017.
Kepada wartawan, dia kembali menjelaskan bahwa sebagai rekanan pelaksana proyek, pihaknya sudah dirugikan oleh produsen, karena akar masalah dari bibit jagung yang disebut tidak sesuai dengan spesifikasi namun diklaim rusak itu memang dari produsennya.
“Jadi indikasi bibitnya ini kan dibilang palsu, tidak ada sertifikat, tapi itu kan bukan dari kita, tapi dari produsennya (penyaluran bibit jagung),” ujar dia.
Karena itu, dalam proyek miliaran rupiah ini pihaknya telah mengalami kerugian. Selain rugi mengganti bibit jagung yang rusak, pihaknya juga dibebankan untuk mengganti kerugian negara.
“Rugi pasti, kan kita sudah ganti dua kali, beli, ganti lagi. Belinya saja sudah harga normal, sudah diganti, tapi harus ganti kerugian negara lagi,” kata Arianto.
Namun demikian, Arianto menyatakan pihaknya yang sudah merugi hingga miliaran rupiah ini akan tetap bertanggung jawab, termasuk akan mengganti kerugian negara yang katanya masih dalam proses di penyidik Kejagung.
“Berapa miliarnya tidak tahu, itu kan masih tahap penghitungan, yang jelas nanti pasti kita balikin (kerugian negara),” ujarnya.
Pada akhir memberikan konfirmasinya, Arianto meminta fotonya yang sempat diabadikan wartawan untuk dihapus. Dengan nada sedikit memaksa dan mencoba merebut kamera milik seorang wartawan dari surat kabar lokal itu, keinginan Arianto akhirnya dikabulkan.
“Itu jangan pasang-pasang, fotonya hapus dulu, itu hapus dulu,” kata dia yang kemudian ditanggapi oleh wartawan dengan menghapus foto Arianto. (Ant)