Mataram (Inside Lombok) – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengunjungi Desa Wisata Loang Baloq, di Kelurahan Tanjung Karang, Kecamatan Sekarbela, Sabtu (25/6) sore. Destinasi Loang baloq disebut paket lengkap karena memiliki wisata religi dan wisata alam.
”Saya melihat kombinasi ini ada beberapa, tapi ini yang paling epik ya. Tidak hanya dapat sunset, senja, tapi juga dapet wisata religinya. Dapat ekonomi kreatif, tapi juga ada kearifan lokalnya. Ini makamnya di dalam pohon, dan spesial, saya baru pertama kali lihat ini. Jadi, pariwisata halal yang bisa kita angkat ke depan salah satunya juga bisa membuat travel plan yang bisa kita kembangkan untuk di Desa Wisata Loang Baloq ini,” ungkap Sandi.
Seperti halnya desa wisata yang lain, destinasi wisata di desa itu telah memenuhi standar penilaian tim juri Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 yang terdiri dari tujuh kategori. Yakni daya tarik pengunjung (alam dan buatan, seni dan budaya), suvenir (kuliner, fesyen, dan kriya), homestay, toilet umum, digital dan kreatif, cleanliness, health, safety, dan environment sustainability (CHSE), serta kelembagaan desa.
Dijelaskan, loang dalam bahasa sasak berarti lubang. Sedangkan baloq dalam Bahasa Sasak berarti buaya. Maka Loang Baloq dalam Bahasa Indonesia artinya lubang buaya. Namun Baloq dapat juga berarti buyut. “Tafsir Loang Baloq itu sendiri memang lebih condong kepada lubang buaya, karena di area makam tersebut terdapat banyak buaya yang memiliki lubang tempat berdiam diri. Konon, umur buaya tersebut mencapai ratusan tahun,” kata Janali.
Karena historis tersebut pula, Desa Loang Baloq menjadi tujuan wisata religi. Di mana ada tiga makam yang dikeramatkan. Salah satunya makam Maulana Syekh Gauz Abdurrazak yang merupakan ulama dan pendakwah agama Islam yang berasal dari Baghdad Irak. Dia menyebarkan agama Islam dari Palembang lalu kemudian singgah di Lombok sekitar 18 abad yang silam. Setelah menyebarkan Islam di daerah Palembang, beliau lalu meneruskan perjalanan dakwahnya dan mendarat di pesisir pantai Ampenan. Tidak sedikit para wisatawan berziarah dan berdoa di makam tersebut. Oleh masyarakat setempat, kunjungan para peziarah tersebut dimanfaatkan sebagai peluang usaha dengan membuat taman hiburan rakyat.
Destinasi wisata ini dilengkapi berbagai fasilitas, seperti plaza pengunjung dan panggung hiburan yang bisa dijadikan tempat penyelenggaraan berbagai acara. Kemudian, ada danau buatan yang menyediakan pilihan aktivitas seperti becak air. Dikelilingi dengan gazebo dan tempat duduk untuk bersantai sambil menikmati pemandangan. Yang tak kalah seru, terdapat menara pandang yang menjadi ikon dari taman hiburan ini untuk mengabadikan pemandangan sekitar serta melihat sunset dari ketinggian.
Potensi seni dan budaya, desa ini terdapat pertunjukan gendang beleq yang sudah terkenal sejak dulu. Gendang beleq menjadi alat musik tradisional kebanggaan Suku Sasak. Biasa dimainkan secara berkelompok. Gendang ini terbuat dari pohon meranti yang tumbuh subur di Lombok. Gendang Beleq menghasilkan suara yang besar dan bergema.
Kesenian lain yang biasa ditampilkan adalah tari rudat. Tarian tradisional yang juga berasal dari Suku Sasak ini memadukan gerakan pencak silat seperti memukul, menendang, memasang kuda-kuda, dan menangkis. Tari rudat digunakan dalam menyambut tamu dan acara-acara formal pemerintahan.
Untuk diketahui melalui program ADWI, Kemenparekraf menjaring database desa wisata baru dari pendaftaran di website jejaring desa wisata (jadesta). Dari data kegiatan ADWI tahun 2021 terjaring 1.831 data desa wisata yang ada di Indonesia dan target di tahun 2022 adalah 3.000 desa wisata yang terjaring dan yang mendaftar juga melebihi target yaitu sekitar 3400 desa wisata. Lonjakan desa wisata yang mendaftar ini menunjukkan animo yang sangat tinggi dari desa wisata dalam mengikuti program ADWI ini. Program ini juga guna mempermudah pengembangan desa wisata di Indonesia ke depan. (azm)