Mataram (Inside Lombok) – Rencana penghapusan subsidi minyak goreng curah pada 31 Mei ini dikhawatirkan berdampak pada tingginya harga minyak goreng. Pasalnya saat disubsidi saja harga minyak goreng curah sudah naik. Kondisi ini pun dikeluhkan para pedagang.
Salah seorang pedagang di Pasar Kebon Roek, Badri mengatakan harga minyak goreng curah sampai dengan sekarang masih jauh diatas Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp14 ribu per liter yang ditetapkan pemerintah. Dengan rencana pemerintah mencabut subsidi minyak goreng curah, nantinya bisa berdampak pada semakin tingginya harga minyak goreng.
“Stok langka, apalagi kalau dicabut subsidi, nanti berapa harganya?” tanya Badri, Senin (30/5). Menurutnya, jika stok minyak goreng curah tersedia tentu harganya tidak akan tinggi.
Sebelumnya pemerintah telah mencabut izin ekspor CPO (crude palm oil/minyak sawit) keluar negeri agar ketersediaan di dalam negeri terpenuhi. Namun, belum lama ini pemerintah telah mengizinkan ekspor CPO ke luar negeri, dengan dalih stok minyak goreng dalam negeri sudah berlimpah.
“Kita di agen dibatasi per orang satu jerigen isi 20 liter, supaya merata yang dapat pedagang ini artinya kan langka. Harganya masih tinggi Rp18 ribu per liter,” ungkapnya.
Senada, pedagang sembako di Pasar Tradisional Pagesangan, Nurhalimah mengatakan saat ini harga minyak goreng curah tidak jauh berbeda ketika subsidi minyak goreng kemasan di cabut pemerintah beberapa bulan lalu. Di mana pada saat itu harga minyak goreng curah mencapai Rp22 ribu dikhawatirkan harga minyak goreng curah akan kembali melonjak tinggi serta stok di pasaran kembali langka. Jika benar Pemerintah mencabut subsidi minyak goreng curah 31 Mei.
“Modal dari agen Rp15.500 per kilogramnya. Belum beli plastik, ongkos buruh masuk pasar. Kalau dicabut (subsidi) pasti mahal lagi, terus muncul pedagang dadakan, kita pedagang asli susah nyarinya,” ungkapnya.
Sementara, harga minyak goreng curah masih tinggi berkisaran di Rp18-20 ribu per liter. Sedangkan minyak goreng kemasan masih di harga Rp23-25 ribu per liter. “Apa yang normal, harga masih tetap saja. Kita jual masih Rp18 ribu per liter, kalau beli satu atau dua liter Rp20 ribu per liter,” ujarnya.
Terpisah, Sekretaris Perdagangan (Disdag) NTB, Nelly Yuniarti mengatakan keluhan pedagang terkait rencana pemerintah mencabut subsidi minyak goreng, sampai saat ini pihaknya belum menerima informasi lebih lanjut mengenai aturan tersebut dari pemerintah pusat. Sedangkan, melihat izin ekspor sawit ke luar negeri sudah bisa dilakukan, harusnya pedagang tidak perlu khawatir. Artinya menandakan pasokan CPO dan minyak goreng dalam negeri saat ini berlimpah.
“Rencananya tanggal 31 Mei (dicabut), tapi saya tidak bisa komentar banyak. Tunggu informasinya saja dulu,” ujarnya. (dpi)