Lombok Barat (Inside Lombok) – Pada tahun baru, sejumlah wilayah di Sekotong dikepung banjir. Bahkan banjir yang melanda Sekotong berdampak pada terputusnya jalan provinsi.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, beberapa wilayah Sekotong yang diterjang banjir antara lain sebagian wilayah di Desa Buwun Mas, Desa Batu Putih, Desa Pelangan serta beberapa titik di Desa Sekotong Barat. Di Dusun Labuan Poh Desa Batu Putih sekitar 50 Kepala Keluarga (KK) yang terdampak banjir.
Pihak Tagana beserta perangkat Desa setempat pun langsung melakukan pendataan total jumlah warga terdampak dan menganalisa kebutuhan mendesak. Mulai dari terpal, matras, serta makanan siap saji.
Sementara itu, banjir dengan debit air yang cukup besar juga terjadi di Desa Buwun Mas. Kondisinya menyebabkan terputusnya ruas jalan Provinsi di Perbatasan Dusun Slodong dan Dusun Blongas, Desa Persiapan Blongas yang menghubungkan ruas jalan menuju Desa Pelangan-Pertigaan Kombang.
“Penyebabnya (jalan terputus, Red) hujan deras yang terjadi dari pagi sampai siang hari,” ujar Kades Buwun Mas, Rochidi.
Dia juga menyampaikan bahwa banjir yang terjadi di wilayahnya hampir merata di semua Dusun. Khususnya Dusun yang ada di dataran rendah.
“Bahkan jalan terputus sehingga akses masyarakat dari Desa Buwun Mas ke Slodong terputus total. Jika harus menuju Sekotong, masyarakat harus melewati Desa Pelangan,” jelasnya.
Terkait upaya antisipasi terjadinya banjir, Rochidi menegaskan pihaknya selalu mengusulkan langkah mitigasi dan penanganan beberapa fasilitas yang sudah mengalami kerusakan. Upaya-upaya tersebut sebagai upaya antisipasi baik itu ke Pemda Lobar maupun Provinsi NTB.
“Bahkan kami pernah dijanjkanKondisi banjir di sebagian wilayah Sekotong (Inside Lombok/Ist)Kondisi banjir di sebagian wilayah Sekotong (Inside Lombok/Ist)perbaikan jembatan dan lainnya pada tahun 2020. Namun karena Covid-19 akhirnya batal,” ketusnya.
Sementara itu, salah seorang warga setempat Sahidallah menuturkan bahwa naiknya air sungai sampai ke pemukiman warga disebabkan adanya pendangkalan di Bendungan Pengempel.
“Padahal pihak terkait sudah beberapa kali melakukan survei, namun nyatanya menghilang sampai sekarang. Baik itu BWS, Dinas PU NTB sudah semua. Bahkan dari Dinas PU NTB sudah 3 kali melakukan survei, tapi hanya sebatas disurvey saja,” heran Sahidallah.
Selain itu, dirinya juga menilai bahwa selain intensitas hujan yang cukup tinggi. Penyebab banjir tersebut juga harus diidentifikasi mulai dari hulu sampai hilir.
“Penyebab hulunya apa, apakah karena peralihan fungsi hutan yang massif untuk pertanian? Atau penyebab hilirnya karna kita semua tidak peduli dengan pengelolaan sampah sehingga banjir begitu cepat melanda kita,” tanyanya.