Lombok Barat (Inside Lombok) – Festival “Road to Mandalika from Sekotong” di Gili Gede berhasil menjadi hiburan tersendiri bagi warga Gili Gede dan sekitarnya. Mereka turut menggelorakan euforia MotoGP dengan cara yang berbeda.
Para nelayan yang ada di sana beramai-ramai mengikuti lomba perahu GP, atau lomba perahu ketinting dan perahu layar. Meskipun ombak terbilang tinggi, dengan berbagai peralatan melaut sederhana yang mereka punya justru tidak menyurutkan semangat para nelayan yang berpartisipasi. Hal itu justru menambah kesan meriah perlombaan tersebut.
Bila para pembalap MotoGP menjajal sirkuit dengan kostum keamanan yang telah disiapkan, begitu pun nelayan yang mengikuti lomba perahu GP di tengah lautan Gili Gede itu. Mereka juga tetap diwajibkan menggunakan pelampung dan helm.
Arman, salah seorang peserta lomba perahu GP menuturkan, dirinya sengaja menggunakan nomor 93 untuk perahunya. Karena ia mengaku menjadi salah satu fans berat Marc Marquez. “Saya pakai nomor ini (93) untuk sampan saya karena saya suka sekali sama Marquez,” ujarnya sembari tertawa usai mengikuti Lomba, Sabtu (12/03/2022).
Ia mengaku tetap senang walaupun tidak keluar menjadi pemenang. Karena ada beberapa kendala yang dialaminya ketika perlombaan. “Mesinnya mati, tapi ndak apa-apa karena kalah-menang dalam perlombaan itu kan biasa. Nanti kalau ada lagi, saya akan ikut lagi dan persiapkan lebih maksimal,” sebutnya sambil tersenyum.
Tak kenal siang dan terik, antusiasme warga yang menonton pun tak kalah meriah. Bahkan terlihat para pendukung masing-masing peserta lomba terus berteriak memberi semangat dari tepi pantai.
Sementara itu, Abubakar Abdullah, salah satu pelaku pariwisata asal Gili Gede menyebut event ini sebagai momentum untuk memberi hiburan bagi warga di sana. Terlebih, tidak semua orang bisa dan mampu datang ke Sirkuit Mandalika untuk menonton MotoGP yang saat ini menjadi perhatian dunia.
Festival ini pun dikatanyakannya menjadi salah satu alternatif menonton kompetisi yang mirip. “Lomba kita ini dengan yang di Sirkuit Mandalika tidak jauh berbeda, hanya fasilitasnya yang beda. Jika di sana menggunakan sepeda motor, maka kami di sini menggunakan perahu yang selama ini dipergunakan mencari ikan,” jelas anggota DPRD Lobar Dapil Sekotong-Lembar tersebut.
Ada dua kategori untuk balapan perahu tersebut. Pertama menggunakan perahu bermesin ketinting sebanyak 15 unit; kedua menggunakan perahu layar sebanyak sembilan unit. “Itu hasil seleksi masing-masing dusun yang ada di Gili Gede. Tujuannya sama, mencari rider-rider atau kapten-kapten terbaik, dan berhadiah pula,” ujar Abu bangga.
Dengan event tersebut pihaknya ingin menggelorakan semangat warga Gili Gede yang sebagian besarnya adalah nelayan. Terutama untuk ikut merasakan euforia MotoGP. Namun dengan memanfaatkan berbagai peralatan melaut kebanggan mereka.
“Artinya bahwa pesona Mandalika itu tidak membatasi ruang gerak, bahwa pusat kegembiraan itu ada juga di Gili Gede,” imbuhnya, diikuti sorak dari para nelayan yang mengikuti lomba.
Menurutnya, saat ini hampir seluruh mata dunia tertuju pada Mandalika. Namun, belum banyak orang yang melirik berbagai potensi yang dimiliki Gili Gede: sebongkah surga tersembunyi di bagian selatan Lombok Barat, yang juga berbatasan langsung dengan Mandalika.
“Lalu bagaimana kita hari ini? Belum banyak yang melirik pulau ini. Padahal pulau ini memiliki potensi yang luar biasa dari puncak bukit sampai dasar lautan,” ujar Abu. Festival ini pun disebutnya sebagai salah satu upaya untuk memperkenalkan Gili Gede kepada dunia. Dengan cara tradisional yang tetap mereka pelihara untuk menjadi ciri khas yang akan terus melekat.
Senada, Kadispar Lobar, H. M. Fajar Taufik menyebut lomba perahu sebagai salah satu event untuk memperkenalkan Gili Gede. Bahwa Gili Gede dan Sekotong secara umum sudah sangat siap dalam menyambut wisatawan.
“Lewat event ini, kita juga ingin memperkenalkan kepada dunia bahwa Gili Gede yang ada di Sekotong ini juga ada akomodasi lengkap yang layak dan siap untuk disinggahi oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara,” beber Taufik.
Untuk menghibur masyarakat, tidak hanya balap perahu, festival itu juga diwarnai berbagai atraksi budaya. Mulai dari seni musik cilokak Sasak, tari Rudat dan dilanjutkan dengan Tari Perempuan Ibu Bumi yang dimainkan oleh seniman Sekotong.
Bahkan ada juga penampilan dari seniman luar daerah, yang jauh-jauh datang dari kabupaten Tebo, Provinsi Jambi yang hadir memeriahkan kegiatan. Festival itu pun mendapat apresiasi dari Bupati Lobar, H. Fauzan Khalid yang turut hadir menyaksikan berbagai pertunjukan. (yud)