Lombok Barat (Inside Lombok) – Penumpukan antrean kendaraan pengangkut hewan ternak yang hendak dikirim ke wilayah Jabodetabek lewat Pelabuhan Gili Mas kembali terulang. Bakan, akibat antrean panjang itu, belasan sapi peternak mati lemas.
Belasan ekor sapi ini dilaporkan mati akibat kelelahan setelah berhari-hari terjebak dalam antrean panjang truk pengangkut. Ratusan sapi lainnya kini dalam kondisi kritis, membuat para peternak yang berasal dari Bima dan Dompu putus asa. Padahal, waktu menuju hari raya Iduladha sudah semakin dekat.
Sampai akhir pekan kemarin, terhitung lebih dari 200 truk pengangkut sapi masih tertahan di pelabuhan dan menunggu kepastian keberangkatan. Pasalnya, penyebrangan hanya mengandalkan satu unit kapal besar dengan kapasitas terbatas, yang hanya mampu menampung sekitar 50 truk. Sedangkan jadwal keberangkatan masih tidak menentu, bahkan kadang tiga hari sekali lantaran harus melalui rute panjang. Di sisi lain, kapal-kapal kecil dengan kapasitas 17 truk pun tak mampu mengurai kepadatan antrean logistik ternak ini.
Ketua Gabungan Kelompok Petani dan Nelayan Hibrida Indonesia (Gapehani) Kabupaten Bima, Muziburrahman dengan nada pilu mengungkapkan betapa berartinya sapi-sapi tersebut bagi mereka. “Sapi-sapi ini bukan sekadar hewan bagi kami, ini harapan hidup. Kami rawat dengan susah payah, kadang lebih pentingkan beli pakan daripada makan sendiri. Sekarang, semua seperti sia-sia,” lirihnya, Minggu (20/04/2025).
Hal ini pun dikhawatirkan bisa menyebabkan kerugian hingga ratusan juta bagi para peternak. “Bayangkan, banyak dari kami punya cicilan bank. Sapi-sapi ini lah harapan untuk bayar hutang, belikan beras, seragam sekolah anak-anak. Sekarang kami hanya bisa menatap sapi-sapi yang lemas, dan sebagian sudah mati,” tuturnya.
Senada, Ketua Asosiasi Peternak dan Pedagang Sapi Bima Indonesia, Furkan Sangiang mendesak kepada pemerintah, terutama Gubernur NTB, untuk segera turun tangan mengatasi krisis ini. “Kami tidak minta uang, kami hanya minta kapal. Kami mohon kepada pemerintah, khususnya Pak Gubernur, tolong bantu. Ini Iduladha tinggal hitungan minggu. Ini waktu paling krusial,” harapnya.
Kondisi ini pun diakui mengancam keberlangsungan ekonomi peternakan rakyat di NTB. Sapi-sapi yang seharusnya menjadi komoditas kurban untuk memenuhi kebutuhan di Jabodetabek dan kota-kota besar lainnya kini terancam gagal berangkat. Padahal, kata dia, NTB selama ini dikenal sebagai salah satu penyokong utama kebutuhan sapi kurban nasional.
Ironisnya, permasalahan klasik berupa antrean panjang, keterbatasan kapal, dan minimnya perhatian terhadap sistem logistik ternak terus berulang setiap menjelang musim Iduladha. Seperti yang terjadi juga tahun 2024 lalu. “Kalau ini terus dibiarkan, tahun depan mungkin tak ada lagi petani sapi di Bima dan Dompu. Ini bukan soal bisnis, ini soal hidup atau mati petani kecil,” tandas Furkan.
Di tengah perasaan cemas dan gelisah menantikan kedatangan kapal di Pelabuhan Gili Mas, para peternak dan sopir truk berisi sapi ini berharap ada keajaiban agar ternak mereka bisa segera diangkut sebelum kondisi semakin memburuk. Para peternak juga menyampaikan harapan besar kepada Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, untuk memberikan perhatian khusus terhadap permasalahan ini. Mereka berharap adanya upaya konkret untuk menambah jumlah kapal pengangkut sehingga antrean truk di Pelabuhan Gili Mas dapat segera terurai. (yud)