Mataram (Inside Lombok) – Kelangkaan bahan bakar disebut belum berpengaruh signifikan terhadap aktivitas nelayan di Kota Mataram. Karena nelayan di Kota Mataram sudah mulai pindah jenis bahan bakar dari premium ke pertalite.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Mataram, H. Irwan Herimansyah Ia mengatakan, selama ini bahan bakar yang digunakan para nelayan bukanlah solar, melainkan premium. Sehingga kelangkaan solar yang terjadi tidak berdampak terhadap aktivitas para nelayan.
“Tidak ada nelayan yang menggunakan kapal yang berbahan bakar solar. Jadi mereka sebagian besar menggunakan premium, tapi karena premium sudah sulit, jadi pindah ke pertalite,” katanya.
Menurut H. Irwan kelangkaan bahan bakar jenis premium tidak memengaruhi harga jual ikan di pasar. Harga ikan dinilai masih normal dan belum ada kenaikan yang signifikan. Karena hasil tangkapan terjadi kenaikan.
“Tidak ada pengaruh terhadap harga ikan. Karena ada peningkatan hasil tangkapan,” ungkapnya.
Diterangkannya, saat ini para nelayan di Ampenan sudah kembali melaut. Selain itu, perahu nelayan sudah mulai ditambatkan di Ampenan dan tidak lagi di Senggigi. Karena angin barat sudah tidak terjadi.
“Sebagian besar sekarang para nelayan sudah kembali ke Ampenan. Kan angin barat sudah selesai, jadi mereka kembali. Ada yang masih di sana, mungkin ya karena lebih menguntungkan kita tidak tahu kan,” katanya.
Sementara untuk hasil tangkapan lanjut H. Irwan, setiap tahun terjadi peningkatan sebesar 10 persen untuk ikan tongkol. “Ini khusus tongkol biasanya naik setiap tahun. Itu hasil perhitungan tangkap tongkol,” ujarnya.
Di sisi lain, salah seorang nelayan di Pondok Perasi Ampenan, Fauzi mengaku akan kesulitan jika harga bahan bakar kembali naik. Karena sejak kelangkaan premium, para nelayan terpaksa beralih ke pertalite meski harganya lebih mahal.
“Sekali beli itu, kita sampai 10 liter. Kalau sedikit kita tidak bisa balik. Makanya kalau naik harga bahan bakar ya kita tidak bisa melaut,” keluhnya.
Ia menuturkan, jika dalam sekali melaut ikan yang diperoleh hanya 100 ekor, maka ia dipastikan tidak bisa balik modal. Saat ini, belum ada alternatif lain yang bisa digunakan untuk mengganti bahan bakar dari jenis pertalite. Karena rata-rata nelayan menggunakan perahu tempel.
“Kalau mau pakai pertamax kan kemahalan, kalau solar nggak bisa kan. Sangat menyakitkan kalau ini dinaikan,” tandasnya. (azm)