33.5 C
Mataram
Sabtu, 2 November 2024
BerandaBerita UtamaTidak Mogok Produksi, Produsen Tahu Tempe Naikkan Harga

Tidak Mogok Produksi, Produsen Tahu Tempe Naikkan Harga

Mataram (Inside Lombok) – Naiknya harga kedelai impor banyak dikeluhkan para produsen tahu dan tempe. Meskipun produsen di beberapa daerah melakukan mogok produksi lantaran harga bahan baku terlalu tinggi, produsen tahu tempe di NTB tidak melakukan mogok. Melainkan lebih memilih menaikkan harga jual.

Ketua Koperasi Kekalik Lestari Bersatu, Syamsudin mengatakan harga kedelai impor terus naik dalam beberapa minggu terakhir. Saat ini harga untuk kedelai impor mencapai Rp1.140.000 per kwintalnya, dari sebelumnya harga normal Rp600.000 per kwintal.

Kesulitan tersebut tidak membuat anggota koperasinya mogok produksi. Tetapi para produsen telah sepakat menaikkan harga, terutama pada tahu. “Harganya dinaikkan Rp30 ribu sekarang Rp40-50 ribu per cetak (tahunya, Red),” ujar Syamsudin, Selasa (22/2).

Kenaikkan harga kedelai kerap kali terjadi, bahkan tahun lalu pun sudah mengalami kenaikan namun kembali normal harganya. Hanya saja pada saat ini kenaikannya cukup meresahkan bagi para produsen atau perajin tahu tempe.

- Advertisement -

Pasalnya, harga kedelai impor sebagai bahan baku mereka naiknya cukup tinggi. Jika tidak produksi mereka kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-sehari. Maka dari itu mereka memilih tetap produksi. Namun disiasati dengan mengurangi ukuran dari biasanya.

“Ukurannya dikecilkan sedikit, tapi kadang dapat protes dari pedagang sampai pembeli. Daripada kita tidak produksi lebih baik kurangi ukurannya, supaya tetap jalan usahanya,” tuturnya.

Pada 22 Februari 2022 ini sejumlah produsen tahu tempe di beberapa daerah melakukan aksi protes dengan mogok produksi. Agar harga kedelai dapat diturunkan atau kembali normal lagi.

Sementara, perajin tahu tempe di NTB sebagian besar menggunakan kedelai eks impor sebagai bahan baku utama untuk membuat tahu tempe. Karena harganya lebih murah jika dibandingkan dengan kedelai lokal. Namun untuk kedelai lokal tidak banyak produsen menggunakannya.

“Kedelai Amerika yang dipakai rata-rata untuk membuat tahu tempe karena harganya lebih murah. Kedelai lokal biasanya ada tersedia tapi dia mahal,” tuturnya. Ia berharap, ada bantuan dari pemerintah untuk bisa menekan harga kedelai impor ini oleh para produsen atau perajin tahu tempe. Yakni melalui subsidi pembelian kedelai oleh pemerintah daerah.

“Kita minta setiap pembelian kedelai itu disubsidi. Sekitar berapa persen lah, teknis tergantung pemerintah. Setidaknya harga bahan baku tidak kita tanggung semua,” imbuhnya.

Di sisi lain, salah satu perajin tahu di Abian Tubuh Sandubaya, Safwin mengatakan untuk sekarang ini harga kedelai mencapai di kisaran Rp1 juta untuk perkwintalnya sebelumnya Rp710 ribu. Mahalnya harga kedelai di pasaran yang naik hingga 30 persen dari harga normal dikeluhkan para perajin tahu tempe rumahan.

“Kita perajin minta pemerintah daerah carikan solusi, mungkin bisa datangkan bahan baku kedelai ke sini dari luar supaya bisa kembali normal harganya,” imbuhnya. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer