27.5 C
Mataram
Kamis, 19 September 2024
BerandaBerita UtamaTradisi Bau Keke Warga Pesisir Lembar Jadi Magnet Wisata Baru

Tradisi Bau Keke Warga Pesisir Lembar Jadi Magnet Wisata Baru

Lombok Barat (Inside Lombok) – Bau Keke atau mengambil kerang di tepi pantai menjadi tradisi masyarakat pesisir Desa Lembar yang masih dilakukan. Kini tradisi itu pun menjadi event tahunan yang dapat menggaet antusias masyarakat dan wisatawan.

“Kami dari pimpinan yang ada di desa dan tokoh masyarakat, tokoh pemuda berkomitmen ingin menjadikan Desa Lembar ini menjadi desa tujuan wisata,” ucap Kepala Desa Lembar, Sainah dalam acara pembukaan Festival Budaya Bau Keke 2024 di Pantai Serpiq, Kebon Bongor Desa Lembar, akhir pekan kemarin.

Dia menyebut dalam mewujudkan tradisi itu menjadi sebuah event. Pihaknya telah mengadopsi kebiasaan masyarakat setempat yang rata-rata dalam kesehariannya mencari nafkah dengan bau keke. “Kita modifikasi menjadi sebuah daya tarik, bagaimana supaya wisatawan lokal maupun mancanegara bisa tertarik untuk berkunjung ke tempat ini,” harapnya.

Bahkan, Festival Bau Keke tahun 2024 ini sudah menjadi yang ketiga kalinya digelar sebagai sebuah event besar. Walaupun sebenarnya, kata dia, tradisi ini telah mulai dilakukan secara terpusat sudah sejak tahun 2016 silam.

- Advertisement -

“Sebenarnya kegiatan ini sudah kami laksanakan dari tahun 2016, tapi tidak kami lanjutkan dan kami laksanakan lagi mulai tahun 2023 yang lalu atas dasar banyaknya masukan dari berbagai pihak,” tuturnya.

Pihaknya berharap Festival Bau Keke ini bisa masuk ke dalam kalender event pariwisata Lobar. Karena selain Bau Keke, event ini juga dirangkai dengan sejumlah atraksi seni, seperti penampilan gendang beleq, atraksi peresean dan kemping bersama di Pantai Serpiq.

Sementara itu, Penjabat (Pj) Bupati Lobar, Ilham yang juga hadir dalam festival ini memberikan apresiasi atas kolaborasi yang dilakukan Pemerintah Desa Lembar dengan pemuda dan pihak lainnya, sehingga menghasilkan sebuah event yang menarik. Ilham menilai, Festival Bau Keke ini bukan hanya sebatas event untuk menggaet wisatawan, melainkan sebagai ajang untuk melestarikan tradisi dan budaya turun temurun masyarakat Lembar.

“Mempertahankan budaya yang tumbuh berkembang di daerah kita bukan pekerjaan yang mudah. Karena kita harus menghadapi tantangan budaya luar yang masuk ke daerah kita,” ujar Ilham. Ia menyebut butuh komitmen yang kuat, untuk dapat mempertahankan event ini agar dapat terus terlaksana. “Kalau tidak, maka budaya kita akan tergilas, akan tergusur oleh budaya luar dengan segala macam bentuknya. Pada akhirnya akan mengaburkan makna kearifan lokal yang ada di tempat kita masing-masing,” imbuhnya.

Senada, Kabid Pemasaran Pariwisata Dispar Lobar, Irman Sumantri menyebut dengan adanya event ini tentu dapat membantu perkembangan dan menambah warna pariwisata di Lombok Barat secara umum. Karena masyarakat saat ini mulai sadar akan potensi desa mereka, untuk dapat dipelihara dan dikembangkan sebagai tujuan wisata.

“Dari aman, bersih, ramah dan seterusnya itu kita harap bisa kita upayakan di sini. Sehingga efek yang dihasilkan dari event ini bisa dirasakan dalam waktu yang lama atau berkelanjutan yang berujung pada kesejahteraan masyarakat itu sendiri,” pungkas Irman.

Terlebih posisi Desa Lembar yang dekat dengan pelabuhan sebagai pintu masuk ke Pulau Lombok. Baik Gili Mas sebagai pelabuhan kapal pesiar, maupun pelabuhan penyeberangan Lembar. “Tentu kami harap Desa Lembar bisa lebih maju lagi sehingga bisa menjadi opsi lain sebagai destinasi wisata di Lombok Barat,” tandasnya. (yud)

- Advertisement -


Berita Populer