Lombok Timur (Inside Lombok) – Pelepasan siswa/siswi di sekolah biasanya selalu menggunakan konsep kekinian, baik berupa pelepasan balon, hujan warna maupun menggunakan smoke bomb. Namun SMP 2 Masbagik punya cara tersendiri. Yaitu dengan mengangkat konsep budaya yang ada di Suku Sasak.
Konsep pelepasan siswa/siswi di SMP 2 Masbagik terinspirasi dari adat budaya Desa Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik, Lotim. Di mana budaya tersebut dinamai “namatang” atau dalam istilah bahasa Indonesia yakni “menyelesaikan”.
Adapun konsep budaya yang dilaksanakan dalam acara pelepasan siswa/siswi tahun ajaran 2021/2022 berupa, orang tua wali dari siswa yang akan dilepas membawa dulang atau hidangan makanan menggunakan nampan besar dan ditutup menggunakan tudung saji khas Sasak.
“Dalam konsep ini kita minta keikutsertaan wali murid dalam pelepasan anak-anaknya menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” ucap Lalu Malik Hidayat selaku Koordinator Acara kepada Inside Lombok, Kamis (16/06).
Konsep budaya namatang diambil sebagaimana adat budaya yang ada di Suku Sasak, di mana orang tua pada zaman dahulu selalu menggelar selamatan atau syukuran ketika anaknya sukses menyelesaikan suatu hal, baik itu saat khatam Al-Quran maupun sekolah dan sebagainya.
“Nah itu sebabnya kita angkat konsep itu, kebetulan di Desa Lendang Nangka ini sendiri masih kental dengan kearifan lokalnya,” katanya.
Kata dia, sektor pendidikan merupakan sektor yang sangat baik untuk menumbuhkan karakter pada generasi muda. Oleh karena itu sesuai dengan kurikulum Merdeka Belajar yang baru juga memuat tentang pertumbuhan karakter dan salah satu yang ditanamkan pada peserta didik yakni kearifan lokal.
“Kami ingin sekali menanamkan nilai edukasi pada siswa dan penanaman nilai sosial kepada masyarakat sekitar, karena peran serta orang tua wali pada dunia pendidikan sangat penting namun juga terkesan terlepas,” ujarnya.
Oleh karena itu, pihak SMPN 2 Masbagik pada momen ini mencoba membangun hubungan yang harmonis antara lembaga pendidikan dan orang tua wali, masyarakat, dan pemerintah desa. Dikarenakan budaya yang diangkat pada acara pelepasan itu yakni tentang bagaimana mengucapkan rasa syukur melalui pengaplikasian lewat budaya seperti itu.
“Dalam momen ini orang tua kita minta membawa dulang dengan didampingi oleh anak-anaknya dan akan makan bersama nanti di sekolah untuk lebih memperkuat chemistry antara anak dan orang tua,” jelasnya.
Adapun jumlah dulang yang ada pada kegiatan tersebut yakni sebanyak 150 dulang yang diarak dari kantor desa setempat menuju ke sekolah dengan diiringi tabuhan gendang beleq dari para siswa SMPN 2 Masbagik.
“Ini tahun awal kita menggunakan konsep budaya, sehingga kami akan terus menggelar konsep demikian dan lebih baik lagi ke depannya untuk menumbuhkan adat budaya pada peserta didik,” pungkasnya. (den)