Lombok Barat (Inside Lombok) – Dengan kondisi kewilayahan di bidang kelautan yang cukup menguntungkan, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat ingin memaksimalkan potensi alam yang dimilikinya. Salah satunya pengolahan garam.
Tidak hanya dengan potensi ikan, rumput laut, dan pariwisata pantai dan alam bawah laut yang sudah digarap optimal dalam 4 tahun terakhir, potensi garam yang dikelola langsung oleh masyarakat juga sudah mulai digarap.
“Di beberapa titik lokasi di dua kecamatan, pengolahan garam sudah ada dan menjadi mata pencaharian masyarakat. Sayang sebagiannya karena masih tradisional, belum mampu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat,” ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Lombok Barat, H. Subandi dalam siaran pers yang diterima Inside Lombok, Jumat (21/12/2018).
Untuk itu, pihaknya mengaku telah memberdayakan para petambak garam tradisional dalam wadah kelompok. Di mana Pemerintah Kabupaten Lombok Barat membina mereka dalam wadah program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (Pugar).
“Saat ini kita baru membina 2 kelompok petambak garam yang sudah menggunakan geoisolator. Sisanya 31 kelompok masih menggunakan sistem rebus,” tutur Subandi.
Dalam 2 kelompok geoisolator terdapat 48 petambak aktif, sedangkan untuk petambak rebus sedikitnya sebanyak 91 orang dan tersebar di lima desa. Angka tersebut, menurut Subandi, belum termasuk pemilik lahan. Mereka sangat bergantung pada produksi dan penjualan untuk menunjang perekonomian mereka.
“Saat ini semua petambak garam itu telah dibantu Pemerintah Daerah. Kita bantu mereka dalam control quality agar sesuai dengan SNI dan Kesehatan, lalu memfasilitasi mereka untuk penjualannya,” pungkas Subandi.
Ia menyebutkan produksi garam tahun 2017 baru mencapai 298,75 ton. Sedangkai untuk 2018 ini, sampai minggu ke-2 bulan Desember sudah meningkat menjadi 304,34 ton.
Salah seorang petambak garam dari Dusun Madak Desa Cendi Manik Sekotong, Mahyudin, di tempat terpisah mengaku sangat terbantu dengan pendampingan dari Pemerintah Daerah.
“Saya bersama 10 orang menambak dengan sistem geoisolator. Saat produksi kemaren, kami bisa memperoleh 600 karung garam dengan harga jual 125.000/ karung,” tutur Mahyudin.
Pria yang mengelola paling sedikit lima hektar lahan ini mengaku, bisa membagi keuntungan sampai lima juta per kepala kepada anggota kelompoknya dalan satu kali penjualan. Kondisi potensial tersebut membuat DKP Lombok Barat semakin bersemangat memperluas lahan binaan untuk tambak garam tersebut.
“Tahun ini kita akan tambah 25 hektar dari 250 hektar dalam hasil kajian. Mungkin kita akan konsentrasikan dulu di Dusun Bengkang Buwun Mas,” aku Subandi seraya menyebutkan total lahan untuk garam rakyat sampai tahun ini baru mencapai 325 hektar.
Menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lombok Barat, H. Baehaqi di tempat terpisah menegaskan hal ini dapat mengurangi angka kemiskinan. Pugar ini diasumsikan mampu mengurangi paling sedikit 350 Kepala Keluarga dari garis kemiskinan.
“Kita tidak hanya membantu produksi dan brandingnya, tapi penjualannya. Kita sudah membuat Perbup agar ASN membeli garam mereka. Saat ini kita malah tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar tersebut,” tutur Baehaqi. (IL1)