Lombok Barat (Inside Lombok) – Usai mencuatnya isu dugaan penganiayaan yang dialami Nurul Izzati, salah seorang santriwati di Ponpes Al-Aziziyah, Gunungsari, Kemenag Lobar minta pihak ponpes untuk jujur dan terbuka dalam memberi keterangan kepada pihak kepolisian. Hal itu penting untuk mengusut tuntas kasus tersebut.
“Saya tekankan kepada pengurus, pengasuh pondok wanita itu, dia harus berkata jujur jangan ada yang disimpan (tutupi, Red),” tegas Kepala Kantor Kemenag Lobar, Haryadi Iskandar saat dimintai keterangan di kantornya, Senin (01/07/2024).
Disebutkan, segala hal yang diketahui oleh pihak ponpes harus dinyatakan dengan jujur kepada kepolisian yang saat ini tengah melakukan penyelidikan. Sebelumnya, Nurul diduga mengalami penganiayaan hingga menjalani perawatan intensif di RSUD dr. Soedjono Selong selama 16 hari, sebelum akhirnya meninggal dunia pada Sabtu (29/6) akhir pekan kemarin.
Haryadi mengaku saat pihaknya turun langsung untuk sidak ke ponpes tersebut beberapa hari yang lalu, pihak ponpes telah menyatakan siap memberikan rekaman CCTV lengkap untuk mengungkap kasus itu. “Kemarin juga ketika kami berada di sana (ponpes) untuk membuktikan itu, dia (pihak ponpes) siap dibuka CCTV-nya. Bahkan kemarin juga kami ditantang untuk melihat itu,” tuturnya.
Pengasuh ponpes disebutnya telah meminta keterangan dari teman-teman satu asrama Nurul terkait dugaan penganiayaan, di mana kepala korban diduga mendapat pukulan benda tumpul. “Dia (pengasuh ponpes) bilang, anak-anak yang jadi saksi itu bilang tidak pernah terjadi pemukulan di dalam asrama itu,” bebernya.
Namun, jika nantinya hasil penyelidikan kepolisian berbeda dengan keterangan yang diberikan oleh pihak ponpes, Haryadi menegaskan bahwa pihaknya akan mengambil tindakan lebih lanjut. “Jika kejadiannya (dugaan penganiayaan benar), insyaallah kami akan melakukan peninjauan aspek-aspek lain. Kaitan dengan pentingnya menjaga situasi agar nyaman, tentram dan sebagainya,” pungkasnya. (yud)