Mataram (Inside Lombok) – Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Hj Sitti Rohmi Djalilah menyampaikan penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang sudah dilakukan pemerintah daerah pada Rapat Paripurna DPRD Provinsi NTB dalam rangka penyampaian Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur NTB Tahun 2019, Senin.
Wagub NTB, Hj Sitti Rohmi Djalilah mengucapkan terima kasih atas kinerja serta kerjasama DPRD Provinsi NTB selama ini atas berbagai masukan dan rekomendasi dari komisi-komisi DPRD dinilainya begitu berharga bagi peningkatan kinerja Pemerintah Provinsi NTB.
“Tentunya, rekomendasi-rekomendasi ini akan kami tindak lanjuti dan akan menjadi masukan yang sangat berharga bagi kita di Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat,” ujarnya.
Wagub mengatakan perkembangan terbaru penanganan COVID-19 di NTB. Terutama, terkait meningkatnya jumlah masyarakat NTB yang positif virus Corona dan itu harus disikapi dengan tenang dan tidak perlu panik.
“Kita tahu di awal kita mendapatkan pasien positif di NTB itu pada tanggal 16 Maret, tepat dua minggu setelah ditemukannya pasien pertama di Indonesia. Pada saat itu memang kita belum punya alat sendiri, sampel semua harus kita kirim ke Jakarta untuk kemudian tujuh sampai dengan sepuluh hari setelah itu baru kita bisa umumkan,” jelasnya.
Umi Rohmi kemudian menjelaskan, lonjakan kasus yang terjadi karena NTB saat ini telah memiliki alat sendiri yang dapat mengidentifikasi pasien yang telah terjangkit COVID-19. Dengan adanya alat tersebut, hasil tes akan dapat diketahui hanya dalam waktu yang jauh lebih singkat.
“Alhamdulillah NTB sejak sekitar dua minggu yang lalu itu sudah memiliki alat sendiri, sudah ngecek sendiri, sehingga pada saat ini untuk menentukan positif itu hanya butuh satu sampai dengan dua hari. Itulah kemudian mengapa setiap hari kita mendengar jumlah yang positif itu banyak karena memang sesungguhnya yang positif-positif sekarang itu, sejak awal di pertengahan Maret itu sudah masuk ke NTB,” ucap Rohmi.
Meski demiiian, Rohmi meminta masyarakat agar terus menjaga kedisiplinan dengan mematuhi protokol penanganan Corona, karena menurutnya tantangan utama dalam penanganan COVID-19 ialah kedisiplinan dari masyarakat.
“Kalau kita melihat lonjakan-lonjakan yang begitu signifikan hari-hari ini di NTB ini sebenarnya ada sinyal positif, bahwa kita sudah bisa melokalisir potensi-potensi tersebut dengan catatan, tentunya bagaimana agar masyarakat kita yang masuk dalam kategori PPTG (Pelaku Perjalanan Tanpa Gejala) maupun dia OTG (Orang Tanpa Gejala) maupun ODP (Orang Dalam Pemantauan) itu semuanya disiplin,” ujarnya.
Ia berharap kerjasama dan komunikasi antar pemerintah dengan masyarakat dapat terus terjalin dengan baik. Edukasi, kelengkapan sarana dan prasarana penanganan COVID-19 kedepannya diharapkan terus ditingkatkan hingga ke pelosok-pelosok desa.
“Insya Allah dengan kerjasama yang baik antara eksekutif, legislatif dan seluruh elemen di Nusa Tenggara Barat masalah yang sulit ini akan bisa kita lalui dengan sebaik-baiknya,” katanya.
Ketua DPRD NTB Hj. Isvie Rupaedah meminta warga di daerah itu untuk mentaati dan mematuhi imbauan yang telah disampaikan pemerintah baik pusat, provinsi dan kabupaten kota dalam mencegah penularan COVID-19.
“Jangan dianggap remeh COVID-19 ini,” ujarnya.
Ia meminta kepada seluruh elemen masyarakat di NTB agar meningkatkan kewaspadaan. Sebab, COVID-19 tidak boleh dipandang sebelah mata. Karenanya segala anjuran pemerintah mesti diikuti demi kebaikan bersama. Terlebih dalam memutus matarantai penyebaran COVID-19 di NTB.
Sekretaris DPD Partai Golkar NTB itu, mengatakan warga NTB harus memetik sebuah pembelajaran dari daerah ataupun negara yang lebih dulu terpapar. Karena itu, menurutnya jaga jarak (social/physical distancing) menjadi penting sekali.
Begitupun bagaimana menjaga pintu masuk di semua pelabuhan dan bandara serta karantina bagi yang baru datang.
Hal itu kata Isvie perlu lebih diperhatikan oleh pemerintah daerah.
“Kita harus banyak belajar dari daerah dan negara lain yang lebih dahulu kena. Makanya protokol keluar dari rumah dan protokol masuk rumah harus kita terapkan. Termasuk dengan melakukan sosialisasi semampu kita, minimal di keluarga kita sendiri dan lingkungan kita masing-masing,” kata Isvie.