Lombok Timur (Inside Lombok) – Warga Desa Korleko, Kecamatan Labuhan Haji, Lombok Timur, melayangkan protes terhadap aktivitas tambang galian C di wilayah mereka. Protes itu pun berujung pada aksi perusakan dan pembakaran beberapa tambang, Senin (4/11) awal pekan kemarin.
Ratusan warga mendatangi lima lokasi tambang di wilayah Kalijaga dan Korleko, di antaranya Kalijaga Selatan, Kalijaga Baru, Kalijaga Timur, dan Korleko Selatan. Mereka merusak dan membakar fasilitas yang ada di lokasi tambang tersebut. Tak hanya fasilitas yang dirusak, sejumlah pekerja tambang turut menjadi sasaran amukan warga.
Insiden ini terjadi saat Asisten II Setda Pemprov NTB bersama beberapa pejabat dari Pemkab Lombok Timur (Lotim) melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah lokasi tambang. Dalam aksi tersebut, warga merusak gazebo dan membakar alat berat yang ada di area tambang.
Pemilik tambang dan beberapa pekerja yang menjadi korban penganiayaan telah melaporkan kejadian ini ke Polres Lotim, yang kini tengah melakukan penyelidikan dan mengumpulkan bukti serta keterangan saksi. Kepala Satpol PP Lotim, Slamet Alimin mengkonfirmasi terjadinya perusakan beberapa tambang oleh warga.
Dijelaskan, kejadian berlangsung saat pihaknya tengah mendampingi Asisten II Setda NTB dalam sidak untuk memastikan status operasional tambang galian C tersebut. Namun, ketika mereka berada di lokasi, warga mulai berdatangan dan melakukan aksi perusakan. “Kami hanya mengawal Asisten II untuk mengecek tambang galian C, namun tiba-tiba warga datang dan merusak gazebo,” ujar Slamet.
Ia juga mengakui bahwa beberapa pekerja tambang mengalami pemukulan, dan sebagian warga terlihat membawa senjata tajam. “Saya melihat beberapa warga membawa senjata tajam,” tambahnya.
Salah seorang pemilik tambang yang menjadi korban perusakan, Maidy mengungkapkan kekecewaannya. Ia merasa aparat yang mendampingi inspeksi tidak melakukan pencegahan terhadap aksi anarkis tersebut.
Maidy juga mempertanyakan mengapa Asisten II dan pejabat terkait membawa warga dalam kunjungan ke lokasi tambang, padahal kondisi dinilai masih kurang kondusif. Menurutnya, hal tersebut justru memicu aksi warga. Ia menilai langkah pejabat yang membawa warga ke berbagai lokasi tambang justru memprovokasi tindakan anarkis. “Tambang kami memiliki izin resmi, dan kami sudah menghentikan aktivitas setelah ada penolakan. Tapi mengapa warga sampai melakukan perusakan? Jika hanya sidak, tidak perlu membawa warga,” ujarnya.
Di sisi lain, Kasat Reskrim Polres Lombok Timur, AKP I Made Dharma Yulia Putra membenarkan bahwa pihaknya telah menerima laporan terkait perusakan dan pembakaran fasilitas tambang, serta penganiayaan terhadap pekerja. Pihak kepolisian sedang melakukan penyelidikan untuk mengungkap siapa yang berada di balik aksi kekerasan tersebut. (den)