Lombok Barat (Inside Lombok) – Memasuki puncak musim penghujan dan angka kasus demam berdarah dengue (DBD) di Lombok Barat (Lobar) juga mengalami peningkatan. Komisi IV DPRD meminta agar Dinas Kesehatan (Dikes) dan dua RSUD yang ada di Lobar untuk menyiapkan langkah antisipasi.
“Dari dua rumah sakit kami menemukan kasus DBD, kasus ini tentu harus segera diantisipasi oleh dua rumah sakit dan Dinas Kesehatan,” tegas Ketua komisi IV DRPD Lobar, Muhali saat menyoroti penanganan kasus DBD tersebut.
Dia menilai kasus DBD saat ini turut menjadi ancaman, oleh karena itu pihaknya berharap agar Dikes bisa menyiapkan langkah antisipasi untuk pencegahan. “Dinas kesehatan jangan tunggu banyak masyarakat terkena baru melakukan sesuatu,” sarannya.
Selain menemukan kasus DBD, dalam Sidak itu, komisi IV juga menyoroti soal pelayanan farmasi masing-masing rumah sakit tersebut. Hal ini disebutnya banyak menjadi keluhan para pasien yang berobat ke sana. Lantaran mereka harus mengantre lama untuk mendapatkan obat. “Kami mendorong rumah sakit, agar petugas yang shift pagi diperbanyak. Karena kasihan kalau masyarakat nunggunya lama saat pengambilan obat di apotek rumah sakit,” tegasnya.
Khusus untuk RSUD Awet Muda Narmada, pihaknya mendorong pemda untuk segera merelokasi kandang sapi yang berada tepat di belakang rumah sakit tersebut. Karena jaraknya yang terlalu dekat dengan tempat yang seharusnya sehat karena menjadi lokasi berobat masyarakat.
“Kami mendorong Pemda agar segera memberikan solusi yang tepat untuk merelokasi kandang sapi itu. Karena jaraknya sangat dekat dengan rumah sakit,” ungkap politisi dari PPP ini.
Pihaknya menilai, solusi yang bisa dilakukan Pemda bisa juga dengan membeli lahan kandang tersebut. Untuk kemudian lahan itu dihibahkan ke pihak rusah sakit. Sehingga lahan rumah sakit juga bisa semakin luas dan pelayanan kepada pasien bisa lebih maksimal.
“Lahan itu nanti kalau sudah dimiliki Pemda, tanahnya bisa dihibahkan oleh Pemda ke rumah sakit agar rumah sakit Awet muda bisa lebih luas. Karena itu juga menjadi tugas kita bersama agar pelayanan dan kenyamanan pasien lebih bisa dimaksimalkan,” tandas Muhali.
Sebelumnya, Kadis Dikes Lobar, Arief Suryawirawan mengatakan bahwa kenaikan kasus DBD di Lobar terjadi sejak akhir November lalu. “Iya (mengalami kenaikan), akhir November kasus DBD di Lombok Barat sudah ada 21,” ungkapnya saat dikonfirmasi awal Desember lalu.
Dijelaskan, pada minggu kedua hingga akhir Oktober lalu, kasus DBD di Lobar stagnan di angka 7 kasus. Namun, peningkatan kembali terjadi sejak minggu kedua bulan November, seiring dengan semakin tingginya intensitas hujan hampir di seluruh wilayah Lobar.
Kendati demikian, Arief menegaskan bahwa saat ini status DBD di Lobar belum masuk kategori darurat atau kejadian luar biasa (KLB), setelah status tersebut resmi dicabut pada bulan Agustus lalu. “Kita belum masuk darurat DBD,” singkatnya. (yud)