Mataram (Inside Lombok) – Festival kuliner yang bertajuk “ragi genep” yang digelar Dinas Pariwisata Kota Mataram di Teras Udayana, Sabtu (14/12) malam berlangsung meriah. Pada kegiatan tersebut perputaran uang mencapai Rp900 juta.
“Hasil laporan sementara selama dua hari pelaksanaan festival kuliner ‘ragi genep’, perputaran uang sekitar Rp900 juta atau hampir Rp1 miliar,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram, Cahya Samudra
Ia mengatakan kegiatan festival “ragi genep” dilaksanakan selama dua hari yaitu 13-14 Desember akhir pekan kemarin. Jumlah pengunjung ke acara festival kuliner tersebut mencapai 6.000 orang selama dua hari berlangsung.
Cahya mengatakan, perputaran uang selama festival tersebut dilihat dari jumlah pengunjung yang datang. Misalnya, setiap pengunjung berbelanja rata-rata Rp100 ribu, maka dalam dua hari perputaran uang pada 35 stan UMKM kuliner ragi genep mencapai sekitar Rp600 juta.
Perputaran uang ini tidak saja di stand UMKM yang disiapkan melainkan juga pedagang nasi bungkus dan makanan ringan lainnya di sekitar stan UMKM. “Kegiatan ini mendorong peningkatan ekonomi masyarakat juga,” katanya.
Cahya mengatakan, kegiatan festival dengan mengangkat tema ragi genep ini juga sebagai salah satu upaya promosi makanan khas daerah. Selain itu mengakomodir pelaku usaha yang bergerak di bidang kuliner.
“Kita tampilkan makanan khas daerah khususnya Kota Mataram seperti Sate Rembiga, Nasi Selak Sekarbela, Nasi Pagutan, Nasi Olah-Olah, Nasi Ebatan, dan masakan khas Suku Sasak lainnya,” ungkap Cahya.
Tidak saja makanan khas Kota Mataram melainkan juga dikolaborasikan dengan makanan di kabupaten kota lainnya. “Festival kuliner juga dimaksudkan untuk memperkuat silaturahmi antar pelaku usaha kuliner dan menjalin komunikasi guna mendukung pariwisata,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Mataram Lalu Alwan Basri dalam sambutannya mengatakan ke depan kegiatan Festival Ragi Genep tahun depan dapat digelar kembali dengan nuansa berbeda dan melibatkan lebih banyak pelaku UMKM tidak hanya Kota Mataram atau Pulau Lombok tapi Nusantara.
“Jadi semua bisa mencicipi masakan khas nusantara pada satu tempat. Satu lagi, ke depan tidak hanya dua hari tapi kalau bisa satu minggu agar masyarakat bisa menikmati lebih lama,” sarannya. (azm)
