Mataram (Inside Lombok) – Pada musim tanam ketiga ini banyak lahan di NTB mengalami kekeringan. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, sekitar 10 ribu hektare lahan pertanian di NTB terdampak kekeringan.
“Kondisi kita di musim tanam ketiga mengalami kekeringan. Kan di awal musim tanam ketiga ini puncaknya kekeringan,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, M. Taufieq Hidayat.
Ia menurutnya, meluasnya lahan pertanian yang terdampak kekeringan di NTB tidak berdampak signifikan terhadap penurunan produksi padi. Di mana, target produksi padi di NTB tahun 2024 ini yaitu sebanyak 1,4 juta ton.
“Ini insyaallah akan terpenuhi. Karena hingga September pada triwulan ketiga kita ini sudah panen sebanyak 1,2 juta ton lebih. Jadi kekurangan dari target kita untuk musim tanam terakhir itu lebih 100 ribu ton saja,” ungkapnya.
Meski terjadi musim kering yang terus meluas di lahan pertanian saat ini, namun masih bisa menyamai hasil produksi pada tahun sebelumnya. Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB sendiri sudah melakukan mitigasi untuk mengantisipasi dampak dari musim kering tahun ini.
Antisipasi yang dilakukan agar dampak yang dirasakan oleh para petani tidak terlalu signifikan. Salah satu yang dilakukan seperti pendistribusian pompa air bagi para kelompok tani yang bersumber dari pemerintah pusat.
“Bantuan pompanisasi dari kementerian. Ini sangat membantu sekali terhadap produksi kita tahun ini. Sehingga dampak kekeringan itu sangat tidak signifikan terhadap produksi kita,” ujarnya.
Selain pembagian pompa, para petani juga disarankan untuk menggunakan bibit yang tahan segala kondisi cuaca. Artinya, ada jenis bibit padi yang hemat air. “Jadi seperti gamagora 7. Ini sudah diluncurkan dan hasilnya cukup menggembirakan,” katanya.
Dengan melihat musim kering yang kerap terjadi di NTB, Dinas Pertanian dan Perkebunan di NTB akan mengembangkan lebih banyak lagi bibit yang hemat air. “Kita berikan di triwulan kedua dan triwulan ketiga. Itu dibaginya di kabupaten dan kota. Saya belum update untuk bantuan pada triwulan ketiga ini,” katanya.
Dampak dari musim kering ini, sejumlah lahan pertanian di NTB harus menunda musim tanam. Artinya, masih menunggu hingga kondisi air irigasi tersedia. “Ini sejumlah lahan pertanian bergeser musim tanamnya,” katanya.
Pergeseran musim tana mini katanya tidak terlalu lama yaitu sekitar dua sampai tiga minggu. “Tidak sampai sebulan ini tapi beberapa minggu saja,” tegasnya Taufieq. (azm)