Mataram (Inside Lombok) – Bank Indonesia (BI) mendorong pengembangan pupuk organik bersama dengan petani, salah satunya petani klaster cabai di Lombok Timur (Lotim). Petani cabai di kabupaten tersebut berhasil memecahkan masalah klasik dalam budidaya cabai, yaitu kerentanan terhadap perubahan cuaca, terutama pada musim hujan. Lewat pemanfaatan pupuk organik yang inovatif, para petani cabai berhasil meningkatkan produktivitas dan kualitas cabai mereka.
Kepala Kantor Perwakilan BI NTB, Berry Arifsyah Harahap mengatakan salah satu petani di Lotim atas nama H Subhan produksinya tetap optimal setelah menggunakan pupuk organik. Pada musim hujan, tanaman cabai miliknya tahan terhadap kelebihan air, produksinya cukup optimal dan tidak mengalami kebusukan.
“Selama ini yang jadi masalah sebenarnya pohon cabainya mati pada musim hujan, sehingga produksinya jadi turun. Dengan menggunakan pupuk organik itu, ada dua hal yang didapat oleh pak H Subhan,” ujarnya, Rabu (11/12).
Dua hal tersebut, pertama masih bisa berproduksi di musim hujan, bahkan dianggap sebagai petani spesialis menanam di musim hujan. Kemudian umur tanaman cabainya lebih panjang, biasanya setiap 6 bulan harus ada peremajaan. Tetapi dengan menggunakan pupuk organik ini bisa memperpanjang hingga dari 8 bulan sampai 1 tahun.
“Jadi tidak hanya tahan hujan, tapi lebih hemat, ini yang menyebabkan klaster cabai di Lombok Timur terus membesar. Seperti kita dengar dari pak H Subhan, area tanam dari 2022 itu baru sekitar 20-an hektar. 2023 sekitar 200 hektare sekarang itu sampai oktober 2024 itu sudah 620-an hektare,” jelasnya.
Berry menyebutkan, dengan menggunakan pupuk organik. Jika dilihat dari sisi biaya produksi tidak terlalu tinggi. Karena jika pupuk organik ini diberdayakan menggunakan MA-11, yang dibuat dari campuran kotoran hewan dan tanaman tertentu, terbukti mampu membuat tanaman cabai lebih tahan terhadap kelebihan air, sehingga cocok ditanam di musim hujan. Selain itu, penggunaan pupuk organik ini juga memperpanjang umur tanaman dan mengurangi biaya produksi.
“MA-11 ini mengajarkan teman-teman petani bagaimana menggunakannya, sehingga bisa dipenuhi unsur NPK. Jadi produksinya yang kita lihat dengan menggunakan MA-11 akan mulai meningkat. Itu kenapa kami coba untuk mengembangkan tidak hanya bibit padi gamagora tapi juga pupuknya, agar bisa lebih murah dibanding pupuk biasanya,” demikian. (dpi)