Mataram (Inside Lombok) – Maraknya kasus prostitusi anak seperti yang terjadi di Lombok Utara menjadi sorotan anggota DPRD NTB. Pasalnya, anak-anak berstatus pelajar menjadi bagian dari kasus tersebut. Padahal seharusnya mereka belajar disekolah dan mengenyaman pendidikan hingga lulus sekolah.
“Kami meminta kepada pemda Lombok Utara untuk melakukan pengawasan, pembinaan kepada masyarakat lebih masif lagi, agar tidak terjadi lagi hal seperti ini,” kata Ketua Komisi V DPRD NTB, Lalu Hardian Irfani saat dihubungi, Kamis (22/2).
Peranan dari pihak sekolah pun dinilai penting, agar anak didik mereka tidak terjerumus kepada hal-hal menyimpang. Pihak sekolah dapat memberikan edukasi dan himbauan sehingga ada kewaspadaan anak untuk melakukan hal-hal tersebut. “Edukasi oleh pihak sekolah terus ditingkatkan, agar anak didik bisa lebih diawasi dan ditingkatkan edukasi terkait bahaya prostitusi,” imbuhnya.
Menurutnya, munculnya prostitusi anak ini bisa saja dipicu oleh pergaulan, keadaan ekonomi hingga kondisi orang tua mereka. Tentunya ini juga menjadi perhatian orangtua bagaimana dalam pengawasan terhadap pergaulan anak-anak mereka. Dalam kondisi seperti ini harus ada upaya untuk melakukan pencegahan, paling tidak mengurangi.
“Pergaulan yang tidak baik akan menjerumuskan mereka. Kebutuhan hidup yang tidak terpenuhi akan membuat mereka ambil jalan pintas. Selain itu, Pemda harus kreatif dalam membuka lapangan kerja dan kesempatan berwirausaha kepada masyarakat,” terangnya.
Sebelumnya, Koordinator Bidang Hukum dan Advokasi Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTB, Joko Jumadi mengatakan peredaran narkotika di wilayah NTB berdampak terhadap prostitusi anak di Lombok Utara. Beberapa waktu lalu ramai soal banyaknya anak-anak yang open BO (Booking Out).
Hal tersebut menjadi perhatian LPA NTB. Saat ini sudah ada empat anak pelajar SMP dan SMA yang diamankan untuk diberikan penanganan terkait dengan persoalan tersebut. Pasalnya, anak usia pelajar seharusnya tidak terlibat dan tidak melakukan hal itu.
“Saya melihat pada satu titik peredaran narkotika. Peredaran narkotika yang dulu awalnya di Gili (Tiga Gili, Red), sekarang nyeberang juga di wilayah Tanjung, Pemenang, yang cukup banyak. Itu yang saya pikir berdampak, kemudian ke prostitusi (anak, Red),” ujarnya. (dpi)